Sejumlah pengurus wilayah Persatuan Umat Islam (PUI) Provinsi Sulsel melakukan kunjungan silaturahim kesejumlah ulama kharismatik di Sulsel, di antranya ke rumah kediaman Prof Dr H. Ghalib, MA yang juga adalah Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulsel, di Perumahan Gowa Sarana Indah Sunggumnasa, Rabu malam, 11 Mei 2016.
Dalam kunjungan silaturahim pengurus PUI Sulsel dipimpin Ketua PUI Sulsel, Drs H Abubakar Wasahua didampingi sejumlah pengurus diantaranya Dr Nur Yamin, Andi Ahmad Agung, Rahim Mayau, Moh Yahya Mustafa, Supardi dan Nasrullah Rahim.
Seperti yang dilaporkan Ketua PUI Sulsel Abubakar Wasahua bahwa kunjungan direncanakan kesejumlah ulama kharismatik di Sulsel ini, dimaksudkan untuk memperkenalkan dibentuknya PUI tahun 1952 , serta kiprah PUI Sulsel sebagai salah satu ormas Islam yang ada di Sulsel yang independen dan tidak memihak kapada salah satu organisasi politik. Juga mengharapkan masukan mengenai perkembangan terkini dialami bangsa ini.
Banyak isu menurut PUI Sulsel, diperlukan persepsi atau pemahaman yang sama dalam menyikapinya, salah satu diantaranya tentang pemikiran oleh orang-orang Islam sendiri serta musuh-musuh Islam soal pembubaran sejumlah ormas Islam yang tidak Pancasilais.
Keresahan lain yang patut mendapatkan perhatian bersama,soal isu komunisme, terorisme dan narkoba. Isu komunisme ini perlu diwaspadai, meskipun saat ini belum terang-terangan, tetapi simbol-simbol komunis dibeberapa tempat dan peristiwa sudah ada. Kalau kita melihat keadaan bangsa kita sekarang sudah terjadi krisis identitas, krisis harga diri dan bahkan krisis moral.
Abu Bakar mengatakan, PUI Sulsel kedepan dalam kiprahnya ingin mengambil peran yang banyak dalam memperbaiki bangsa ini, terutama didalam meluruskan adanya paham-paham yang bertentangan dengan Alquran dan Sunnah Nabi. PUI Sulsel juga ingin membantu mensosialisasikan kebijakan yang di patwakan oleh MUI, yang selama ini dianggap tidak maksimal.
Sementara itu Prof Dr H Galib, dalam kesempatan tersebut, cukup merespon keinginan PUI Sulsel, apalagi untuk membantu dalam mensosialisasikan kebijakan atau yang dipatwakan yang selama ini kadang-kadang tidak berjalan secara optimal, salah satunya karena kurangnya sosialisasi. Olehnya itu sangat merespon PUI Sulsel yang ingin membantu MUI Sulsel.
Ada dua hal penting menurut Prof Galib yang selalu dipertegas dalam setiap kesempatan, yakni tentang pentingnya persatuan bagi umat Islam dan Islam yang berkerahmatan. Menurutnya dua hal inilah wadah yang paling ideal saat ini untuk NKRI. “Inilah konteks kenegaraan yang paling baik untuk saat ini,”tandas Galib.
Menurut Galib, masalah persatuan dikalangan umat Islam ini problem yang paling serius. Sebab manakala umat Islam ini bisa bersatu dalam perbedaan dan keberagaman maka tidak ada lagi saling membunuh sesama umat Muslim. Dapat kita melihat berapa banyak saudara kita yang terbunuh oleh tentara Israel, dibandingkan dengan yang dibunuh oleh saudara kita sendiri. Dibeberapa negara muslim terjadi pembunuhan sesama saudara Muslim sendiri, ini karena kita sulit bersatu dalam perbedaan dan keberagaman.
Boleh jadi kenapa kita gagal dalam mendakwakan kebenaran, karena cara penyampaiannya yang kurang santun. Marilah kita mencoba mencotoh naba dalam mendakwakan kebenaran, tidak pernah marah ketika ditolak dan malah terus menebar kebaikan, akhirnya orang yang dulunya menentang kembali sadar.
“Ini karena cara penyampaiannya yang santun. Berbeda dengan sebagian besar muballiq kita saat ini kalau tidak diterima dakwahnya malah marah-marah dan akhirnya umat semakin menjauh dari kita. Ini menurutnya kelemahan dalam menyampaikan dakwah harus dikoreksi,”tegasnya. (ulla/yahya)
Keterangan Gambar:
Ketua DPW PUI Sulsel, Abubakar Wasahua (kiri) berbincang serius dengan Sekretaris MUI Sulsel, Prof.Dr.Muh Galib, MA (kanan) pada pertemuan silaturrahmi. (foto:humas pui sulsel)