KOTA MALANG, beritalima.com– Baliho Red Army yang terpampang di Kota Malang menjadi heboh di Media Sosial (Medsos), hal itu dinilai mencium adanya kebangkitan komunisme di Indonesia. Dan akhirnya membuat Satpol PP dibantu pihak TNI dan juga anggota kepolisian dari Lantas Kota Malang akhirnya mengambil langkah cepat untuk menurunkan baliho besar “RED ARMY” pada hari selasa, 4 Juli 2017.
Baliho berukuran besar yang sempat menjadi viral yang menampilkan foto mantan Walikota Malang Peni Suparto, yang bermaksud mengucapkan permohonan maaf lahir bathin menuai kecaman dari berbagai pihak.
Dalam baliho tersebut, Peni yang juga politikus dari Partai PDIP menyebut dirinya bagian dari Red Army (Tentara Merah). Sementara Red Army dikenal sebagai pasukan dari sekumpulan Pasukan Tentara dari Uni Sovyet yang dibangun oleh pihak komunis di Uni Sovyet (Rusia).
Akibatnya baliho menuai kecaman berbagai pihak, khususnya dari kalangan umat muslim, yang menganggap jika Peni Suparto mulai adalah bagian dari paham komunis. Dalam baliho itu tertulis Red Army dan berlogo bintang dan latar belakang merah dan tertulisan Tegakan Pancasila, Kokohkan NKRI. Serta dibagian paling bawah tertulis Kerukunan Nasional Lahir dan Batin, menjadi viral di kalangan netizen.
Sementara itu, Peni Suparto mantan Wali Kota Malang buka suara terkait viralnya poster dirinya, yang juga saat ini menjadi ketua umum komunitas Red Army yang dituding sebagai komunitas komunis.
“Red Army itu bukan tentara merah namun, pasukan merah yang masih punya darah PDI Perjuangan, dan itu merupakan pecahan dari PDIP DPC Kota Malang. Dan tidak main-main, anggota kami mulai dari pengurus cabang, anak cabang dan ranting,” ungkapnya, Rabu (5/7/2107).
Menurut Peni komunitas Red Army adalah bentukan dari kader PDIP di bawah kepemimpinannya, yang pada saat itu terjadi konflik DPC PDIP Kota Malang, sehingga pecah pada tahun 2013, yang sebelumnya Peni merupakan ketua DPC PDIP Kota Malang.
“Ya karena saya sudah tidak lagi di PDIP, saya bikin komunitas sendiri bernama Red Army. Itu atas desakan dari ranting yang saat itu tercerai berai,” ucap Peni Suparto.
Peni Suparto meminta maaf atas keresahan masyarakat karena baliho Red Army dan lambang bintang yang jadi persoalan. Soal pencopotan baliho karena tidak berizin, Peni menyebut jika perizinan sedang diproses.
“Tapi saya tegaskan, jika Red Army bukan tentara merah tapi pasukan merah. Dan jelas haluan dan azas kita itu UUD 1945 dilandasi ideologi pancasila,” pungkasnya.
Ia juga menambahkan bahwa Red Army merupakan tim Pemenangan Heri Puji Utami, istrinya, ketika mencalonkan sebagai Walikota Malang melalui Partai Golkar tahun 2013 dan Anggota DPRD Kota Malang melalui Partai PPP. (BJ/KK)