Peningkatan Daya Saing Terhadap Pendidikan di Era MEA

  • Whatsapp

PROVINSI ACEH, Beritalima.com

Pentingnya pemahaman tentang Literasi yang ditulis Oleh salah satu Mahasiswa Pascasarjana  Universitas Iskandar Muda (UNIDA) Banda Aceh di Provinsi Aceh.

Tema yang diambil dalam penulisan tersebut pembangunan pendidikan pada periode tahun 2015-2019 yang disebut Era MEA.

Peningkatan daya saing regional dan Pendidikan Pada periode tersebut telah ditetapkan sebagai Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sehingga sumberdaya manusuia Indonesia harus dipersiapkan dengan baik agar mampu bersaing di kawasan regional dan global.

Sebuah Forum Ekonomi Dunia (FED) pada tahun 2015 telah memberikan gambaran, Gambaran tersebut tentang ketrampilan di abad 21 yang sebaiknya dimiliki oleh seluruh Masyarakat di dunia.

Keterampilan tersebut meliputi beberapa hal, seperti: literasi dasar, kompetensi dan karakter,agar mampu bertahan di Era Abad 21, pada masa tersebut, nanti mayarakat Dunia harus menguasai 6 literasi dasar.

Pertama: literasi baca tulis, Kedua: literasi berhitung, Ketiga: literasi desains, literasi teknologi informasi dan komunikasi, Keempat: literasi keuangan Kelima: literasi kebudayaan dan Keenam litersi kewarga-negaraan.

Hal ini untuk mampu bersaing dan masyarakat harus memiliki kompetensi berpikir kritis dan memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi dan kolaborasi.

Sedangkan untuk memenangkan persaingan kita harus memiliki karakter yang kuat,Karakter tersebut iman dan takwa, rasa ingin tahu, inisiatif, gigih, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, dan kesadaran sosial dan budaya.

Disamping itu,Fenomena akhir-akhir semakin meneguhkan akan pentingya literasi teknologi informasi dan komunikasi, khususnya literasi media.

Munculnya fenomena berita hoax selama ini di media sosial, rentannya ikatan kebinekaan, ditengarai sebagai akibat rendahnya tingkat literasi informasi dan literasi kewarganegaraan dan hal ini patut dijaga.

Literasi tidak lagi diartikan sebagai kegiatan baca tulis, akan tetapi memiliki makna yang lebih luas, mencakup pemahaman yang baik terhadap berbagai aspek kehidupan Manusi.

Secara pragmatis UNESCO mengartikan literasi atau keaksaraan sebagai rangkaian kesatuan dari kemampuan menggunakan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung sesuai konteks yang diperoleh, dan konteks tersebut dikembangkan melalui proses pembelajaran dan penerapan untuk Anak anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan situasi lainnya yang relevan untuk remaja serta orang dewasa.

UNESCO mengidentifikasi bahwa setidaknya dalam 3 dekade terakhir, pemahaman akan pengertian literasi  telah berkembang yakni meliputi beberapa aspek aspek tertentu.

A) literasi sebagai suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan berbicara; kecakapan berhitung,dan kecakapan dalam mengakses dan menggunakan informasi.

B) literasi sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh kontek

C) literasi sebagai proses pembelajaran di mana kegiatan membaca dan menulis menjadi medium untuk merenungkan, menyelidik, menanyakan, dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari.

D) literasi sebagai teks yang bervariasi menurut subyek, genre, dan tingkat kompleksitas bahasa.

Literasi tidak lagi dipahami hanya sebagai transformasi individu semata, melainkan transformasi sosial, selama ini Rendahnya tingkat literasi sangat berkorelasi dengan kemiskinan, baik dalam arti ekonomi maupun dalam arti yang lebih luas.

Literasi memperkuat kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk mengakses kesehatan, pendidikan, serta peluang ekonomi dan politik. Olson dan Torrance juga menolak mengartikan literasi hanya dengan tingkat melek huruf yang tinggi.

Masyarakat litered adalah masyarakat yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi berbasis teks secara bebas dan memberikan kesempatan untuk belajar sepanjang hayat.

Dalam konteks kekinian, literasi memiliki definisi dan makna yang sangat luas tidak sekedar kemampuan baca, tulis dan berhitung. Literasi bisa berarti melek ilmu pengetahunan dan teknologi, keuangan, budaya dan kewarganegaraan, yang berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar.

Maka secara sederhana, literasi yang dibutuhkan saat ini adalah literasi yang dapat dijadikan bekal untuk menjalani kehidupan yang berkualitas.

Modal kedua untuk menjadi generasi pemenang adalah harus menguasai kompetensi yang dibutuhkan di masa depan, yaitu kemampuan untuk berpikir kritis, kemampuan untuk kreatif, kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan untuk bekerja sama, Sedangkan modal ketiga, adalah karakter mulia.

                              Ditulis oleh Gumarni,S.H. Mahasiswa Pascasarjana Universitas Iskandar Muda (UNIDA) Banda Aceh di Provinsi Aceh.Jum’at-27-01-2017

 

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *