Penurunan Emisi Standar UNFCCC 1,5⁰C, KLH/BPLH Sudah Punya Kisi Kisi NDC Untuk di New York

  • Whatsapp

Jakarta | beritalima.com – Penurunan emisi gas rumah kaca berdasarkan standar United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) 1,5 ⁰C temperatur bumi. Indonesia terbilang mampu bisa menurunkan emisi 31,89% sedangkan dengan bantuan Internasional bisa diturunkan hingga 43,2%.

Hal itu dijelaskan Diaz Hendropriyono Waki Menteri Lingkungan Hidup dan Wakil Kepala BPLH saat door stop kepada rekan rekan media usai sambutan Kick Off Meeting Persiapan Delegasi Indonesia pada COP30 di Ballroom 3 Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Kick Off Meeting Persiapan Delegasi Indonesia pada COP30/CMP20/CMA7, SBSTA 63& SBI 63, di BELÉM, BRAZIL. Ditegaskan Wamen LH Diaz Hendropriyono meskipun Belém sebagai lokasi penyelenggaraan COP30 memberikan tantangan tersendiri, terutama aspek logistik – lama perjalanan Jakarta – Belém, ketersediaan akomodasi yang masih dibayangi keraguan, termasuk melambungnya harga akomodasi.

“Namun kami optimis bahwa melalui acara Sellers meet Buyers akan memberikan nilai tambah dan menampilkan wajah berbeda bagi penyelenggaraan Paviliun Indonesia kali ini,” terangnya setelah diskusi dengan kementerian/lembaga terkait persiapan COP30 nanti di Belem, Brazil

Menurutnya semua mendukung dan ada beberapa topik yang perlu dipersiapkan karena secara resmi dari UNFCCC-nya sendiri belum memberikan agenda.Tetapi sudah ada kisih-kisih apa yang akan bicarakan nanti.

“Misalnya terkait pengurangan emisi, monitoringnya, evaluasinya itu seperti apa. Jadi ada yang disebut namanya Global Stocktake. Global Stocktake ini sudah pernah dilakukan dan nanti tahun 2026 akan dilakukan lagi. Dipersiapkan nanti akan dikeluarkan oleh UNFCCC pada tahun 2028,” terangnya.

Global Stocktake yang pertama ini terang Diaz Hendropriyono, ada semacam kekurangan karena negara-negara bilang. “Ini kan untuk mengevaluasi sebenarnya dunia ini, ini progresnya gimana nih dalam pengurangan emisi. Tahun ini berapa, tahun depan berapa dan itu namanya Global Stocktake. Dan banyak negara-negara bilang ini kurang transparan sehingga skupnya juga kurang jelas. Jadi perlu ada perbaikan-perbaikan,” terangnya.

Lanjut Wamen, manakala agendanya kurang akan dibicarakan pada periode kedua Global Stocktake yang akan dimulai 2026 dan akan dikeluarkan oleh UNFCCC pada 2028.

“Tahun ini kita bisa mempersiapkan untuk pendataan terkait Global Stocktake. Dan yang kedua juga terkait bantuan-bantuan, bantuan dari negara maju ke negara berkembang. Misalnya ada bantuan teknologi, ada bantuan pendanaan,” tegasnya.

Bantuan pendanaan ini ungkapnya, lebih banyak janji jani daripada realisasi mulai Copenhagen tahun 2009 dan negara negara manu audah menjanjikan memberikan dana Rp30 miliar per rahun untuk negara berkembang.

“Dan ditingkatkan lagi menjadi $1.000 miliar per tahun dan itu belum terealisasi sampai tahun 2020. Jadi janjinya sampai 2020 ada bantuan untuk negara berkembang 100 M, 100 M, 100 M baru kejadian itu tahun 2022,” tegasnya.

Menurutnya jumlahnya tidak segitu namun ada yang bilang itu lebih, ada yang bilang ini kurang, tergantung dari sisi siapa. Lanjutnya antara janji dan realisasi bisa terpenuhi.

Perkembangan terakhir ungkap Diaz, janjinya akan ada 1,3 triliun dolar pendanaan untuk negara berkembang. Kurang lebih bantuan teknologi pendanaan dan juga dari sisi evaluasi monitoring yang dinamakan global Stocktake itu menjadi sebuah agenda.

“Beberapa agenda yang akan dibicarakan, juga terkait apa lagi second NDC (Nationally Determined Contribution) yang akan kita submit pada September ini kan deadline-nya itu 20 September,” tegasnya.

Sedangkan deadline awalmya sudah diundur Februari untuk negara-negara men-submit second NDC atau penghitungan berapa emisi yang akan kita kurangi pada 2031 sampai 2035. Nah ini deadline-nya 20 September.

“Kemungkinan Bapak Presiden nanti akan menghadiri UN General Assembly pada 23 September di New York. Jadi kita harus memastikan jangan sampai kita men-submit second NDC kita atau komitmen kita untuk penurunan emisi tahun 2031 sampai 2035. Dan jangan sampai lewat 20 September itu karena Bapak Presiden akan ke UN General Assembly di New York pada tanggal 23 September. Juga jangan sampai kita tercoreng di mata dunia,” pungkas Diaz Hendropriyono.

Jurnalis : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait