Labuan Bajo, beritalima.com| – Rencana penutupan berkala Taman Nasional Komodo (TNK) di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terus dikaji dan diharapkan tak mengganggu sektor pariwisata. Nama Taman Nasional Komodo (TNK) menjadi sangat terkenal, bukan hanya di dalam negeri tapi juga secara internasional. TNK pun sudah diakui oleh badan internasional UNESCO sejak 1977 sebagai cagar biosfer dan warisan dunia (1991).
Keberadaan habitat purba Komodo di dalam TNK, adalah yang mencuri perhatian masyarakat/wisatawan dunia untuk datang melihatnya. Disamping itu ada keindahan alamnya, alam bawah lautnya, serta kearifan lokalnya. Oleh karenana, TNK sebagai kawasan konservasi harus dipelihara dengan baik.
Namun, belakangan ini kedatangan wisatawan begitu besar (dari dalam dan luar negeri), sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan alam dan lingkungan hidup sekitarnya di TNK. . Untuk itu, beritalima (BL) melakukan wawancara dengan Kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani Siga, S.Hut., M.Sc. (HRS):
BL. Dengan adanya hrencana penutupan berkala nanti, apakah mengganggu pariwisata?
HRS. Jadi begini, kebijakan ini sudah saya perhitungkan bahwa tidak akan berdampak pada industri pariwisata disini. Kenapa? Karena katakanlah kalau memang mereka punya hati untuk ikut membesarkan industri wisata di mainland, di Flores ini, maka mereka bisa pergunakan hari dimana saat ditutup Taman Nasional Komodo (TNK) dapat digunakan untuk perjalanan penerbangan kesini atau penerbangan kembali dari sini.
Atau, mereka bisa menjual paket wisata diluar TNK. Jadi ada paket wisata di dalam TNK atau diluarnya. Sehingga sebenarnya tidak ada yang terganggu sama sekali perjalanan pariwisatanya. Jadi pengaturannya saja.
BL. Jadi tidak ada masalah ya?
HRS. Selama ini karena memang wisatanya Komodo oriented ya. Nah, sekarang berbagilah. Selain komodo, juga ada yang di luar TNK. Itu saja. Dan tidak akan membatalkan paket-paket yang mereka (agen perjalanan) jualkan.
BL. Selain melihat Komodo, para wisatawan juga melakukan kegiatan menyelam (diving). Seberapa banyak sebenarnya titik diving yang ada di TNK?
HRS. kita ada kira-kira 40 lebih dive site. Bapak bisa bayangkan itu kalau setiap hari terus kegiatan diving dilakukan, maka potensi kerusakan itu sebenarnya bisa dihitung. Ada terumbu karang yang rusak. Yang paling kita khawatirkan itu adalah limbah. Limba yang digunakan oleh kapal-kapal wisata ketika melakukan kegiatan di perairan Taman Nasional.
BL. Salah satu limbah itu apa pak?
HRS. Sabun, ya limbah kebutuhan rumah tangga seperti odol, handblock, dan lain-lain. Mereka banyak yang menginap di kapal kan, Itu dampaknya luar biasa. Cuma memang belum ada kajian. Ini sangat perlu dikaji dampaknya. Jadi biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki alam akibat kegiatan pariwisata itu besar sekali. Kalau di konversi ke rupiah itu besar.
BL. Wilayah TNK ada di pulau apa saja?
HRS. Yang ada komodonya itu ada lima pulau besar. Yaitu Pulau Komodo, Rinca, Padar, Dasami dan Gili Motang. Itu semua itu ada komodo. Lima pulau besar itu.
BL. Untuk mengelola Balai TNK ada berapa personil sekarang?
HRS. Kita ada 99 orang, termasuk yang di lapangan dan di kantor. di lapangan. Itu 99 orang. Kita ada 10 kapal, tetapi yang siap operasional itu enam.
BL. Soal kajian penutupan berkala, apakah sudah dimulai?
HRS. Sekarang memang belum secara formal dilakukan. Karena itu kan kajian dulu. Setelah kajian, kemudian nanti akan dilakukan konsultasi, sosialisasi.
BL.Kapan mulai kajian mulai berjalan?
HRS. Kita rencanakan mudah-mudahan bulan ini atau bulan depan lah. Mudah-mudahan kajian sampai Desember selesai. Lalu lanjut lagi konsultasi publik dan sosialisasi. Jadi makanya targetnya itu kan pertengahan tahun depan (2025) baru ada keputusan.
Tetapi kalau misalnya dalam konsultasi publik dan sosialisasi, ternyata ada hal-hal krusial yang perlu disepakati, ya kita sepakati kapan yang pas. Karena ini sudah menyangkut hajat hidup orang banyak. Saya kira kita juga harus bijak juga melihat, mensinergikan berbagai kepentingan/pihak.
BL. Peran dan TNK apa saja?
HRS. Yang jelas melakukan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan, melakukan kegiatan monitoring. Lalu kegiatan pemberdayaan masyarakat, melakukan upaya-upaya pencegahan kebakaran, pencegahan kerusakan hutan, kerusakan kawasan serta edukasi dan sosialisasi
BL. Kedepan yang perlu dikembangkan apa pak?
HRS. Ya dalam waktu dekat itu kita ingin menerapkan daya dukung dan daya tamping. Kedua kita ingin menerapkan tiket online. Ketiga kita ingin memperkuat sistem pengamanan kawasan. Lalu keempat berharap bisa melakukan sinergi dengan kuat antara berbagai stakeholder. Sekarang dilakukan itu salah satunya dengan KSOP (Kantor Kesahbandaran dan Otoritas Pelabuhan) melakukan yang namanya, e-ticketing dan one gate system.
Ini akan membantu Taman Nasional, sehingga yang masuk pasti ada datanya. Dan data itu bisa disinkronisasi dengan data yang ada di Taman Nasional. Sehingga tidak ada potential loss PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).
BL. Oh selama ini belum one gate?
HRS. Belum. Sekarang baru saja akan diterapkan. Jadi katakanlah semua wisatawan yang ke perairan Manggarai Barat atau Taman Nasional harus melewati gate yang disediakan oleh KSOP. Kedepannya nanti ke kawasan kita, juga diterapkan. Jadi ya masuk ke TNK harus pakai akses barcode. Paling dekat itu ya e-ticketing diterapkan, kemudian memperkuat sistem pengamanan kawasan. Kita ada bangun pusat pengamanan terpadu di wilayah barat Taman Nasional Komodo.
Jurnalis: Abriyanto