Jakarta | beritalima.com – Menteri Lingkungan hidup Dr. Hanif Faisol Nurofiq, S.Hut., M.P berikan penghargaan Adiwiyata 2025 kepada sekolah berbasis lingkungan baik Adiwiyata Mandiri maupun Adiwiyata Nasional. Dimana konsep Adiwiyata merupakan ketahanan lingkungan yang masih banyak target yang harus dicapai bahkan belakangan ini pasca bencana akibat cuaca ekstrim, bersentuhan langsung dengan konsep ekoteologi yang dilontarkan teman teman dari unsur keagamaan.
Menteri LH/Kepala BPLH memgakui telah bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, beberapa substansi yang disampaikan Menteri Agama RI terkait dengan membangun ekoteologi. “Jadi tentu Bapak Menteri Agama ingin jika dari LH ini langsung bicara di masjid-masjid, di musolah-musolah, di tempat-tempat pendidikan agama terkait dengan ekoteologi,” terang Menteri Hanif kepada awak media, usai sambutan dan pemberian penghargaan Adiwiyata di Gedung Sasono Utomo, TMII, Jakarta Timur, Kamis (11/12/2025).
“MoU sudah lama kita lakukan, tetapi membangun konsepnya step by step kita sedang susun.
Jadi seandainya ini memang benar terbangun alangkah kuatnya kita (lingkungan alam kita), namun tentu tidak sederhana membahasakan ini,” tandas Mantan Dirjen Planologi dan Tata Lingkungan.
Dari pandangan Menteri Hanif, yakin dan sangat yakin di semua agama ada unsur dan perlindungan lingkungan sangat kuat. “Kalau saya kenal Islam, saya mengenalnya ya memang banyak ayat-ayat yang menyuruh kita untuk bertafakur. Kemudian tidak merusak alam dan melakukan penanaman, serta tidak boleh melampaui batas,” tegasnya.
Masih diungkapkan Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, unaur – unsur ekoteologi sangat jelas di Al Qur An, nanti di Al Kitab, Taurat, Zabur juga demikian. “Jadi kita sedang membahasakan itu, mudah-mudahan dalam waktu tidak terlalu lama sudah bisa terformulasikan dalam rangka empiris bagaimana ekoteologi ini terbangun di lapisan kita. Saya rasa itu ya, untuk ekoteologi kita mendukung dulu,” pungkas Hanif.
Lebih jauh diungkapkan Menteri Hanif Faisol Nurofiq, jumlah sekolah kurang lebihnya 330 ribu kemudian madrasah di tingkat atasnya sekitar 120 ribu. Jadi hampir 450 ribu jumlah sekolah. Sedangkan Adiwiyata sampai hari ini baru sekitar 3.500 an, sisanya masih cukup banyak yang harus dicapai.
Maka itu kita perlu kolaborasi dengan banyak pihak, hal penting untuk membangun kesadaran lingkungan untuk adi-adi kita. Kita sudah maklum bahwa kondisi ketahanan lingkungan kita tidak terlalu kuat pada saat harus berhadapan dengan perubahan iklim,” terangnya.
Dengan meningkatnya jumlah curah hujan tandasnya, kemudian kemarau yang cukup panjang serta meningkatnya permukaan air laut. Ini cukup sangat berbahaya untuk Indonesia yang merupakan daerah kepulauan. Yang kebetulan berada di garis katulistiwa yang sangat rawan terkait dengan bencana hidrometeorologi.
“Untuk itu maka membenamkan kesadaran lingkungan sebagai salah satu unsur utama dalam membangun bangsa ini tidak bisa dihindarkan lagi.
Lanjutnya, wajib mengembalikan lingkungan sebagai panglima dari pembangunan yang sudah cukup koreksi-koreksi, kalibrasi-kalibrasi yang diberikan alam kepada dan tidak mudah serta tidak cepat melakukan upaya pemulihannya.
“Makanya lingkungan harus jadi panglima agar bisa terjaga namun bila ekonomi jadi panglima akan terjadi porak poranda,” tandasnya.
Jurnalis : Dedy Mulyadi








