Penyusunan Tata Ruang Laut Kaltara, Temuan Pengikisan Daerah Pantai

  • Whatsapp
Inilah rupa kawasan Pantai Desa Tanah Kuning, Kecamatan Tanjung Palas Timur (Bulungan). Kawasan pantai di desa ini salah satu wilayah di Kaltara yang berdasarkan penelitian terjadi abrasi.

TANJUNG SELOR – BERITA LIMA – KALTARA
Penyusunan Tata Ruang Laut Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) kian terbukti melalui temuan pengikisan daerah pantai (abrasi) di sejumlah wilayah.
Wilayah yang terparah terkena abrasi adalah Pulau Sebatik di Kabupaten Nunukan.
Dijelaskan Amir Bakry, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kaltara, abrasi pantai di Pulau Sebatik sudah terjadi 20 tahun belakangan.
Hal itu didasarkan temuan Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dilaporkan ke DKP Provinsi Kaltara.
“Informasi terakhir, abrasi di Pulau Sebatik itu, tepatnya di Sebatik Timur dan Sebatik Induk, sudah sampai 81 meter. Itu terjadi perlahan-lahan sejak 20 tahun terakhir,” katanya
Mencegah abrasi pantai makin meluas, tengah direncanakan beberapa langkah preventif. Di antaranya membangun pemecah ombak di titik-titik rawan maupun yang wilayah pantai yang sudah terkena abrasi.
“Kami ada dana turun dari Kementerian Rp 100 miliar dari Kementerian Kelautan Perikanan. Sebagian untuk membangun Politeknik Perikanan di Sebatik. Termasuk juga untuk membangun pemecah ombak itu,” sebutnya.
DR Nurjanah Nurdin, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Wilayah, Tata Ruang, dan Informasi Geospasial Universitas Hasanuddin, saat dikonfirmasi  membenarkan adanya abrasi yang melanda pantai Sebatik.
Berdasarkan penelitian dan analisa Nurjanah di Pulau Sebatik, justru menemukan pergeseran garis pantai/abrasi Pulau Sebatik sepanjang 165 meter.
Selain itu ditemukan pula adanya akresi di wilayah Pulau Nunukan. Akresi merupakan bertambahnya wilayah daratan akibat sedimentasi dan partikel-partikel lain di suatu pulau.
“Ada daratan di Sebatik yang makin menjorok masuk karena abrasi. Ada juga justru wilayah daratnya semakin keluar. Itu terjadi di Pulau Nunukan. Bahkan sudah ditumbuhi mangrove,” katanya saat dikonfirmasi.
Abrasi yang terjadi di Sebatik, tuturnya, memang sangat dipengaruhi morfologi pantai yang berpasir. Hantaman ombak yang cukup besar dalam beberapa tahun belakangan perlahan mengikis wilayah daratan.
“Itu alami. Pasang surut air laut juga sangat mempengaruhi. Saya amati, sudah banyak pohon kelapa yang tinggal akarnya saja. Sangat jelas kelihatan,” ujarnya.
Selain melalui pengamatan dan citra satelit, terjadinya abrasi dibuktikan pula lewat pengakuan masyarakat.
Masyarakat yang lebih dari 20 tahun bermukim di wilayah pesisir Sebatik, kata Nurjanah, memang membenarkan abrasi yang terjadi.
“Itu juga dasar kami. Mereka memberi informasi dan mereka tunjukkan posisi awal pantai itu di mana. Setelah itu kami ukur dan memang benar,” katanya.
Selain Sebatik, abrasi juga sudah terjadi di beberapa wilayah pesisir Pulau Tarakan dan pesisir Tanah Kuning di Kabupaten Bulungan. (****)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *