Jakarta, beritalima.com|- Peran pemuda dalam pembangunan di desa perlu lebih digalakkan, seperti diutarakan Anggota DPD RI R.A. Yashinta Sekarwangi Mega bersama Ikatan Pemuda Penggerak Desa Indonesia (IPDA).
Pernyataan tersebut mengemuka dalam Forum Desa Muda Indonesia yang digelar di Joglo Kembang Wonderful, Desa Wonokerto, Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (28/12).
Forum bertema “Anak Muda Berdaya Membangun Desa” ini menjadi ruang dialog kritis antara pemuda desa, pembuat kebijakan, dan kalangan akademisi untuk membahas arah pembangunan desa yang dinilai masih belum memberi ruang partisipasi nyata bagi generasi muda.
Yashinta menyoroti minimnya keterlibatan pemuda desa dalam proses pengambilan keputusan, khususnya dalam forum strategis seperti Musyawarah Desa (Musdes).
Menurutnya, dalam banyak praktik, pemuda masih ditempatkan sebagai pelengkap kegiatan, bukan subjek perencanaan pembangunan. Ia mengkritik orientasi penggunaan Dana Desa yang selama ini lebih banyak terserap pada pembangunan fisik, sementara pengembangan kapasitas dan kreativitas pemuda nyaris terabaikan.
“Penguatan peran pemuda desa harus menjadi agenda serius. Tanpa ruang partisipasi dan dukungan kebijakan, potensi anak muda akan terus terpinggirkan dalam pembangunan desa,” ujar Yashinta.
Ketua Umum IPDA Arifin Kusuma Wardhani menekankan desa tidak boleh terus dipandang sebagai objek pembangunan. Desa harus diposisikan sebagai subjek yang digerakkan oleh sumber daya manusianya, terutama generasi muda yang hidup dan tumbuh bersama realitas sosial desa.
“Anak muda desa memiliki energi, kreativitas, dan kedekatan langsung dengan persoalan lokal. IPDA mendorong agar mereka berani tampil sebagai penggerak perubahan, bukan sekadar penerima program,” jelas Arifin.
Dari perspektif kebudayaan, Yani Saptohoedojo, Dewan Penasihat IPDA, mengingatkan pembangunan desa tidak boleh tercerabut dari nilai budaya dan kearifan lokal. Ia menekankan pentingnya menjaga identitas desa agar modernisasi tidak justru menggerus kekuatan sosial yang telah lama menopang kehidupan masyarakat desa.
Sementara akademisi Untoro Hariadi, mengangkat paradoks pembangunan desa di Indonesia yang dinilainya masih menggunakan logika kota. Menurutnya, kecenderungan tersebut berisiko menghilangkan karakter desa, padahal pada saat yang sama masyarakat perkotaan justru mencari kehidupan desa yang lebih berkelanjutan.
Forum ini juga dihadiri M. Fauhan Fawaqi, S.IP., M.M., anggota DPRD Kabupaten Kebumen, Ketua IPDA DIY Aji Nurfadilah, S.Sos., serta sejumlah figur publik dan pemuda inspiratif, termasuk Fidelia Prabajati, S.H., M.H., Top 15 Puteri Indonesia 2023.
Jurnalis: rendy/abri








