“Wartawan tanpa negara itu tidak apa-apa, tapi kalau negara tanpa wartawan ini yang berbahaya. Karena tidak akan ada yang membatasi gerak negara jika memang melenceng dari aturan yang ditetapkan. Ibarat mobil kan harus ada remnya, jadi kalau salah ada yang kritik,” ujar Agus saat membuka workshop pelatihan jurnalistik, Senin (19/12).
Menurutnya, saat ini perkembangan sosial media sangat memprihatinkan. Dengan berbagai tulisan mengarah kepada isu suku adat ras dan agama (SARA) yang diposting oknum tak bertanggung jawab. Ia mengarahkan, khusus untuk masyarakat Berau yang memang memiliki bakat menulis bisa disalurkan lewat media cetak atau elektronik.
“Lebih baik kita menulis di koran atau televisi saja dari pada membuat hal-hal jelek di akun sosial media,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan agar jurnalis tetap menjaga tugas dan tanggung jawab dalam memberitakan kejadian di lapangan sesuai dengan fakta yang ada. Karya yang bijaksana, disampaikan Agus bisa membuat perubahan yang sangat signifikan di tengah masyarakat.
“Kalau jadi wartawan memang harus cerdik kita, punya teknik dan strategi dalam menggali informasi. Tapi informasi yang ada bisa dirubah menjadi baik atau jelek, satu atau dua kata saja hilang atau ditambah maka membuat makna menjadi berbeda hingga akhirnya terjadi ketidakstabilan. Ini perlu disikapi dengan bijak,” sambungnya.
Dengan banyaknya jurnalis-jurnalis baru yang akan dicetak, Agus menginginkan bisa menjadi amunisi bariu dalam membantu pemerintah meningkatkan perkembangan daerah. Apalagi saat ini pemerintah membutuhkan peran serta seluruh pihak dalam mengembangkan pariwisata melalui berbagai promosi.
“Saya mengakui bahwa peran jurnalis yang ada di Berau saat ini sangat membantu saya dalam menjalankan roda pemerintahan. Dengan adanya tambahan lagi saya opimis perkembangan daerah bisa menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya (sr/yat)