Jakarta, beritalima.com |– Perangi kasus bullying (perundungan) anak sekolah yang belakangan marak terjadi, DPR menilai salah satu cara pencegahannya adalah perkuat kegiatan ekskul (ekstra kurikuler). Kasus ini menjadi keprihatinan kita bersama.
“Saya tentu sedih mendengar banyaknya kasus perundungan di lingkungan anak sekolah, dan saya mempertanyakan kenapa anak umur segitu seberani dan senekat itu melakukan tindakan keji,” ujar Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf di DPR Jakarta (17/9).
Ekskul yang dimaksudkan oleh DPR, adalah dengan lebih mengedepankan berbagai kegiatan Pendidikan karakter. “Jawabannya mungkin saja karena kurangnya kegiatan energik di sekolah sehingga kurang terbentuknya pendidikan karakter bagi anak-anak,” jelas Dede.
Seperti diketahui, kasus perundungan anak yang tengah menjadi perhatian publik yakni pada siswa SMK Negeri 1 Gorontalo, berinisial AR (14). Ia diduga dimintai uang dan dipaksa meminum minuman keras oleh beberapa siswa lainnya di lingkungan sekolahnya.
Beberapa waktu lalu, perundungan juga terjadi di SMP 3 Sungguminasa Gowa, Sulawesi Selatan, di mana seorang siswa dianiayai oleh temannya sendiri hingga terkapar. Video perundungan dengan aksi kekerasan itu viral di media sosial.
Sebelumnya, peristiwa tragis melibatkan anak sekolah juga terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Siswi perempuan berinisial AA (13) menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh empat temannya sendiri. Para pelaku semuanya masih di bawah umur. Di Jakarta pun terjadi, di salah satu sekolah menengah swasta terbilang elit.
Dede Yusuf pun mengusulkan pendidikan karakter sangat diperlukan untuk menekan perundungan maupun kejahatan anak usia sekolah. Pendidikan karakter salah satunya bisa didapat lewat kelas-kelas ekstrakulikuler yang pada masa sebelumnya merupakan progran wajib di sekolah.
“Ekskul itu bukan pembelajaran akademik, tapi pembelajaran karakter. Nah itulah yang belum banyak memahami, Pemerintah kita masih fokus pada pendidikan akademik saja,” sorot Dede.
Menurut pimpinan Komisi Pendidikan DPR tersebut, pendidikan karakter sangat penting dimiliki oleh anak-anak. Dede juga menyebut pendidikan karakter seharusnya ditanamkan sedini mingkin, yang bisa didapat lewat kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
“Ekskul harusnya tetap digiatkan. Karena kalau tidak, anak-anak energinya tersalurkan ke hal-hal yang tidak benar. Ketika ekskul ataupun kegiatan aktivitas anak muda menjadi kurang terperhatikan maka anak-anak ini perlariannya nongkrong, minum-minum atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji,” kritiknya.
Menurut Dede, “kalau kita lihat generasi dulu itu kan ekskul banyak tuh bahkan sampai sore. Jadi tidak membuat anak-anak itu energinya habis hanya untuk main game online atau hal-hal yang bersifat negatif.” Yang disayangkan lagi, sambung Dede, kegiatan ekskul di sekolah sekarang ini kurang mendapat atensi dan dukungan dana dari Pemerintah.
Jurnalis: Rendy/Abri