Kedatangan perantau asal Alor NTT di Kota Metropolitan Makassar Sulsel, mulai terlacak sejak 1920-an, kala itu beberapa orang Alor tiba di pelabuhan laut Makassar dan mencari kerja pada orang-orang Cina sepanjang pelabuhan itu.
Mereka yang sudah tiba tersebut kemudian perlahan-lahan memanggil lagi anggota kelurganya yang lain. Demikian ditegaskan Ketua Kerukunan Keluarga Alor di Makassar, Drs. Dominggus Balol, ditemui di Kantor DPRD Provinsi Sulsel, Selasa 7 Juni 2016.
Dijelaskan, hasi pendataan menunjukan sekitar 1500 jiwa orang Alor yang tinggal menetap di Kota Metropolitan Makassar dan sekitarnya. Mereka itu dominan menjadi pekerja di perusahaan dan pelayan pertokoaan di Makassar. Selain itu banyak juga yang lanjut studi di perguruan tinggi, tandas pria kelahiran Alor 31 Desember 1958 ini.
Komunitas orang Alor ini, pada setiap saat bertemu menjalin dan memperkuat ikatan kekeluargaan dengan membentuk arisan keluarga, ada kedukaan serta ada warga melangsungkan pernikahan, tegas pegawai Sekretaris DPRD Provinsi Sulawesi Selatan ini.
Orang Manggarai yang datang kuliah di Makassar, memilih kampus sebagai tempat studi di antaranya; STKIP Pembangunan Indonesia, Unismuh Makassar, STIKPER Gunungsari Makassar serta STIKES dan STKIP Mega Rezky Makassar, tandas sarjana ilmu pemerintahan Universitas Pepabri Makassar 1988 ini.
Interaksi orang-orang Alor dengan masyarakat di Kota Makassar berjalan secara dinamis dan hidup rukun secara aman dan damai. Malah beberapa orang Alor kawin mawin dengan warga di Makassar, kata Dominggus yang sudah tiba di Makassar sejak 1973 ini.
Menjadi PNS di jajaran Pemerintah Provinsi Sulsel dimulai sejak 1976 selaku tenaga honorer. Setelah 10 tahun mengabdi swejak 1986 diterima. Selama ini tugas pokok di Sekretariat DPRD Provinsi Sulsel pernah jadi ajudan sekretaris dewan, stafi di komisi, staf wakil ketua DPRD Sulsel dan sekarang selaku staf di Fraksi Partai Hanura DPRD Sulsel. (ulla/yahya)