Perekonomian Lingkar Tambang PT. AMNT Mulai Lesu.”Akibat Karyawan Tinggal di Camp”

  • Whatsapp

SUMBAWA BARAT NTB, beritalima.com Dalam Pantauan Media Pengusaha Kecil Menengah Lingkar Tambang Meradang. Management PT. AMNT di tuding sengaja membiarkan ekonomi lingkar tambang lumpuh.

Keluhan ini di sampaikan anggota DPRD Sumbawa Barat, H. Muhammad Syafi’i kepada wartawan. Ia menegaskan, terhitung sudah tiga kali Anggota DPRD Sumbawa Barat komisi terkait mendatangi Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) agar management tidak menahan karyawan tinggal di kawasan tambang.

” Kami pernah datang ke kementerian di Jakarta untuk memperjuangkan, supaya karyawan perusahaan yang di dalam Camp tinggal di luar dan membaur dengan masyarakat. Agar roda perekonomian lingkar tambang hidup,” katanya, Selasa (8/1).

Ia juga mengatakan, aspirasi pengusaha lingkar tambang juga sempat disampaikan ke pemerintah daerah setempat, namun saat itu aspirasi tidak di respon hingga kini,” jelas, Syafi’i.

Tinggalnya ribuan karyawan di Camp Camp tambang berdampak buruk terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat lingkar tambang.

Pedagang pasar Maluk mengeluh dengan pembeli di pasar yang turun drastis, di banding saat Masih PT Newmont Nusa Tenggara beberapa tahun yang lalu. Yang membiarkan karyawanya tinggal di luar tambang.

Kondisi pasar Maluk saat ini sepi pembeli seiring dengan peraturan Perusahaan Tambang PT. Aman Mineral Nusa Tenggara, yang mewajibkan ribuan karyawannya harus hidup di Camp di dalam Tambang (Townsite ).

Anggota DPRD Sumbawa Barat Dapil Lingkar Tambang, H.Muhammad Syafi’i.

Kondisi ini diyakini jauh berbeda ketika operasional tambang masih di kendalikan PT. Newmont Nusa Tenggara. Saat itu, kondisi pasar dan aktifitas perdagangan masyarakat begitu hidup. Pasar ramai pembeli, rumah kontrakan dan kos kosan penuh berpenghuni, rumah makan beraneka warna disana sini. Memberi harapan masa depan perekonomian masyarakat KSB bertopang pada perkembangan perusahaan raksasa ini.

“Kondisi sekarang ini berbalik seratus delapan puluh derajat, jam delapan pagi sudah sepi pembeli. Pasar bisa buat main sepak bola,” ungkap, Jubaidah (40) pedagang pasar Maluk.

“Semenjak Perusahaan mewajibkan seluruh karyawannya hidup di dalam tambang tidak boleh keluar, apalagi menurut informasi didalam perusahaan ada yang berdagang disana, “Tambahnya.

Keluhan pedagang ini mewakili ratusan pedagang pasar maluk yang bernasip sama. Kondisi ini ternyata bukan hanya dirasakan oleh pedagang pasar saja, tapi seluruh pengusaha kecil menengah di lingkar tambang terkena dampaknya.

Ratusan rumah kontrakan dan kos kosan tidak berpenghuni lagi, kosong bak rumah hantu.

“Dulu kontrakan ini penuh penghuni dan ramai tapi sekarang tinggal kenangan, akibat peraturan perusahaan yang tidak berpihak kepada masyarakat,” jelas, M. Saleh (50) warga Maluk, Pengusaha kontrakan.

Komariyah (45) warga juga mengeluh hal yang sama. Pengusaha kuliner ini tertunduk lesu, sambil mengenang masa lalu saat dagangannya ramai diserbu pembeli.

“Dulu warung saya banyak pembeli hingga kewalahan melayani pembeli setiap hari,” kenangnya, kepada Wartawan.

Kini Masyarakat tinggal menunggu kebijakan dan keberanian Pemerintah Daerah KSB. Untuk mengembalikan kondisi seperti semula.(B5.Rozak)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *