MALANG, beritalima.com | Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak semua umat lintas agama untuk terus menjaga keberagaman (pluralisme) sebagai social capital dalam bingkai persatuan diantara umat beragama lainnya di Jatim dan Indonesia pada umumnya.
Menurutnya, menjaga dan saling menghormati perbedaan menjadi salah satu cara dalam mencegah terjadinya perpecahan yang dapat mengganggu persaudaraan dan persatuan antar berbagai agama, suku, ras, dan budaya yang ada di Indonesia.
“Sudah selayaknya para pemimpin mengupayakan persatuan atas berbagai perbedaan. Mulai perbedaan cara pandang, strata sosial ekonomi, agama, suku, ras, tradisi, budaya serta antar golongan. Ini semua harus kita jaga sebagai pilar menjaga keutuhan NKRI serta mewujudkan suasana damai penuh ketenangan, kerukunan serta untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tanpa ketenangan dan kerukunan , sektor kehidupan lain sulit berjalan dengan baik dan produktif,” ungkap Khofifah saat menghadiri Napak Tilas Persaudaraan Sejati dan Penyerahan Bantuan Alat Musik di Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Malang, Sabtu (6/11).
Gubernur Khofifah mengharapkan kehadirannya di GKJW Malang dalam acara Napak Tilas Persaudaraan Sejati ini dapat memiliki resonansi kuat seiring dengan gagasan besar yang telah diletakkan oleh Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) .
Dialog lintas agama, menurut Khofifah, menjadi bagian penting untuk menemukenali ekosistem yang satu dengan yang lainnya dengan saling memahami (mutual understanding) , saling menghormati (mutual respect ) dan saling mempercayai (mutual trust). Maka, pertemuan pemikiran, pertemuan dalam program menjadi bagian penting untuk mempertemukan banyak sektor kehidupan sosial keagamaan lainnya.
“Program-program bagi milenial baik sektor transformasi digital, UMKM, ketenagakerjaan dan sebagainya bisa saling kita sinergikan. Jika dimulai dari kaum muda, maka persaudaraan sejati sangat strategis karena mereka yang akan melanjutkan estafeta kepemimpinan,” ungkapnya.
Sebagai sosok yang selalu berusaha menjaga toleransi, moderasi dan persaudaraan antar umat beragama, pandangan Gubernur Jatim ini berseiring dengan konsep yang digagas Presiden RI ke-4 Gus Dur sejak 1970-an yang terus menjaga persaudaraan antar umat salah satunya dilakukan di GKJW Malang. Gus Dur secara kontinyu hadir satu bulan sekali dan menjadi dosen tamu bagi para calon pendeta di GKJW Malang mulai tahun 1974-1978.
Konsep tersebut, lanjutnya dikenal sebagai Persaudaraan Sejati. Dimana, Gus Dur pada saat itu meletakkan soal pentingnya ikatan persaudaraan di antara umat beragama di Indonesia dengan mengambil posisi di Jawa Timur.
“Persaudaraan sejati adalah suatu proses kesadaran dan keterbukaan, bahwa kita merupakan satu keluarga besar warga bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” jelas Khofifah.
Sehubungan dengan upaya mempererat masyarakat yang heterogen , Gubernur perempuan pertama di Jatim itu mengimbau agar tokoh-tokoh pemuka agama, dapat meningkatkan peran sebagai agen perdamaian agar kerukunan antar umat beragama dapat senantiasa terjaga.
Ia mengimbau, agar masyarakat juga memegang teguh falsahah Bhinneka Tunggal Ika sebagai prinsip hidup berdampingan secara damai diantara keberagaman, dimana meski berbeda-beda, semuanya tetap satu NKRI.
Pemahaman antar umat beragama ini menjadi penting agar Bangsa Indonesia dapat saling menghormati dan mempercayai, serta menyadari identitasnya sebagai suatu bangsa.
Kedekatan ini, sebut Khofifah, bukan hanya mempererat persatuan masyarakat Indonesia secara lokal dan nasional, tetapi juga secara internasional.
“Para pendeta yang saya hormati, saya bahagia sekali diajak melakukan napak tilas. Persaudaraan Sejati yang digagas Gus Dur dan kita coba jaga ini tidak hanya beresonansi secara lokal dan regional tetapi juga nasional, bahkan internasional,” ujarnya.
Ketua Umum PP Muslimat NU ini juga mengungkapkan, tanpa adanya pemahaman di dalam kemajemukan, masyarakat yang beragam takkan bisa saling memahami, menghormati serta saling mempercayai.
“Tanpa adanya mutual understanding tidak mungkin ada mutual trust, akan sulit sekali bagi kita untuk saling menghormati dan saling mempercayai,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Khofifah memberikan bantuan sebanyak 22 alat musik berupa keyboard electone kepada 22 pimpinan gereja.
“Terima kasih kepada semua pihak yang berupaya menemukan program-program yang bisa memberi manfaat bagi sesama,” ujarnya.
Ketua Umum Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Lembaga Keagamaan Kristen (LKK) Indonesia Agus Susanto menuturkan, kegiatan ini merupakan bentuk napak tilas sekaligus inisiatif Ibu Gubernur Jatim yang ingin menyambangi dan bersilaturahmi di seluruh gereja gereja di Jawa Timur.
“Kehadiran Ibu gubernur yang ingin bersilaturahmi dengan pimpinan gereja membuktikan bahwa Ibu Gubernur tidak ingin membedakan gereja-gereja yang ada di Jatim,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Khofifah juga menyempatkan diri untuk berkeliling di kompleks gereja. Ia mengapresiasi lingkungan gereja yang rapih tertata, dan ruangan yang kerap digunakan Gus Dur saat mengajar bahkan saat menginap . Salah satunya ruang kuliah tempat Gus Dur mengajar kepada pendeta GKJW dahulu.
Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Majelis Agung (Sinode) GKJW Pdt. Tjondro Firmanto Garjito, Direktur Intitute Pendidikan Theologia Balewiyata GKJW Pdt. Gideon dan Ketua Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia (YPII) Batu Pdt. Roland Octavianus.(*)