Perguruan tinggi harus membangun sinergi dengan pemerintah dan dunia usaha untuk lebih mendorong orientasi ke pasar global dan berdaya saing.
Hal itu ditegaskan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo pada Rapat Kerja Paguyuban Rektor & Pembantu/ Wakil Rektor PTN se Jatim, di Univ Trunojoyo Bangkalan Madura, Selasa (24/5).
Menurut Soekarwo, penentu kemenangan dalam pertarungan di Asia adalah kualitas infrastruktur, sumberdaya manusia (SDM), dan pelayanan publik yang bagus. “Maka, agar pembangunan bisa berkelanjutan dan inklusif, maka fundamen di bidang SDM (human development) harus diperkuat. Baru kemudian infrastuktur development, dan reformasi birokrasi,” katanya.
Orientasi ke pasar global perlu didukung daya saing yang kuat. Dengan komposisi strategi pada sistem produksi berdaya saing, sistem pembiayaan kompetitif (murah), dan sistem pasar yang kompetitif, maka kita bisa menang di era global. Karena, daya saing itu intinya, kalau memproduk barang kualitasnya lebih bagus, harga lebih murah, dan distribusinya lebih cepat, berarti manejemen produksinya harus bagus.
Agar daya saing bisa semakin kuat, diperlukan peningkatan nilai tambah produk dengan memasukkan unsur industri di dalamnya. “Output sektor pertanian harus diarahkan ke agro industri, maka harus ada moving tenaga kerja pertanian ke sektor industri. Karena di sektor industri dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sejak th 2011 – 2016 meningkat pesat 282.730 tenaga kerja.
Pilihannya cari akses untuk membuat proses industri primer. Sehingga mengurangi tenaga kerja yangmsuk perkotaan. Industri pengolahan makan minum saat ini masih 29 % seharusnya bisa 40 %. Kontribusi sub sektor industri makin meningkat , 27,29 % (2015) meningkat 29,26 % pada tri wulan I 2016.
Daya saing yang paling tinggi adalah Jakarta, karena semua Departemen ada di Jakarta, nomor dua adalah Jatim karena produk barang kualitasnya lebih bagus, harga lebih murah, dan distribusinya lebih cepat. Ketiga, Kaltim, diikuti Jabar, Jateng, DIY, Riau Kepulauan, Kalsel, Banten, Sulses, dan seterusnya.
Sementara Ditjen Penguatan Inovasi Kementerian Ristek dan Dikti RI Dr Ir Jumain Appe, Msi mengatakan, Perguruan memiliki “pool resources” yang sangat besar dan beragam dan selalu segar karena selalu silih berganti. Mahasiswa berpotensi sebagai pembangkit ide-ide baru dan segar.
“Yang diperlukan adalah mekanisme memanen ide-ide segar dari mahasiswa sebagai sumber invensi, selanjutnya perlu dikelola menjadi produk yang komersil. Teknik pengelolaan yang banyak digunakan konsorsium ABGC. Maka diperlukan adanya unit yang menangani proses inovasi dan inkubasi bisnis,” ujarnya.
Menurutnya, kesiapan teknologi Indonesia masih terbatas, dan penelitian sebagian besar kurang dimanfaatkan oleh dunia industri sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Rektor Trunojoyo Madura Dr Drs Ec. Muh Syarif mengatakan, Paguyuban Rektor Perguruan Tinggi Negeri se-Jawa Timur yang diseleggarakan di Universitas Trunojoyo Madura mengangkat topik diskusi dengan tema “Pengembangan Perguruan Tinggi Negeri Berbasis Klaster”.
Tujuannya, untuk mewujudnya Kerjasama dan Sinergi Pelaksanaan Pendidikan dan Iklim Akademis, serta Iklim Kerja Yang Baik, serta Berkualitas dan Berdaya Saing Tinggi dengan merumuskan pengembangan perguruan tinggi berbasis klaster dan mencari solusi-solusi atas hambatan-hambatan yang timbul dalam proses peningkatan dan pengembangan perguruan tinggi berbasis klaster tersebut khususnya pengembangan keilmuan untuk mendukung peningkatan sektor lokal sebagai penopang sektor nasional untuk dapat bersaing di era global.
Diharapkan masing-masing Perguruan Tinggi memiliki roadmap penelitian yang jelas, dan masing-masing bisa berkonstrasi pada kespesifikannya, untuk hal yang lebih umum bisa bekerjasama (berkolaborasi) antar PT untuk kepentingan ke depan. (**).