Beritalima.com ( Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda, Mayor Jenderal TNI Niko Fahrizal, M.Tr.(Han)., menghadiri ziarah ke Kuburan Massal Ulee Lheue, Banda Aceh, pada Kamis (26/12/2024). Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati 20 tahun tragedi tsunami Aceh, salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah modern Indonesia.
Acara tersebut menjadi momen refleksi dan penghormatan terhadap ribuan korban tsunami yang dimakamkan di lokasi tersebut.
Dalam suasana khidmat, ziarah ini dihadiri oleh keluarga korban, masyarakat, serta jajaran pejabat penting di Aceh, termasuk Pj. Gubernur Aceh, Kapolda Aceh, dan unsur Forkopimda.
Prosesi dimulai dengan kunjungan ke makam massal, tempat ribuan korban tsunami dimakamkan secara bersama-sama. Pangdam IM bersama para tokoh dan peserta lainnya melakukan penyiraman air bunga di atas makam sebagai simbol penghormatan yang mendalam kepada para korban. Suasana haru menyelimuti acara ketika para keluarga korban hadir dengan doa dan kenangan bagi orang-orang tercinta yang telah tiada.
Doa bersama yang dipimpin oleh ulama terkemuka, K.H. Abdullah Gymnastiar (AA Gym), menjadi puncak acara. Dalam doa tersebut, peserta memohonkan ampunan bagi para korban serta kekuatan bagi masyarakat Aceh untuk terus bangkit dari berbagai cobaan. Kehadiran AA Gym menambah kekhusyukan prosesi yang penuh makna spiritual ini.
Dalam sambutannya, Mayjen TNI Niko Fahrizal mengingatkan pentingnya peringatan ini sebagai refleksi untuk meningkatkan kesadaran akan mitigasi bencana. “Tragedi ini mengajarkan kita pentingnya solidaritas dan kebersamaan. Masyarakat Aceh telah menunjukkan kekuatan mereka dalam menghadapi dan bangkit dari musibah besar ini,” ujar Pangdam IM.
Selain mengenang para korban, peringatan ini juga menjadi momentum untuk mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana. Sebagai wilayah yang rawan gempa dan tsunami, Aceh terus didorong untuk memperkuat langkah-langkah mitigasi dan edukasi masyarakat.
Peringatan ini juga menjadi wujud solidaritas antarwarga dan kolaborasi berbagai pihak untuk mendukung pembangunan Aceh yang lebih tangguh. “Kebersamaan adalah kunci. Dengan bersatu, masyarakat Aceh telah membuktikan kemampuannya untuk bangkit dari keterpurukan,” tambah Pangdam IM.
Ziarah tersebut tidak hanya menjadi ajang mengenang, tetapi juga mengingatkan semua pihak akan pentingnya menjaga semangat kebersamaan.
Dalam refleksi bersama, peserta diajak untuk merenungkan betapa dahsyatnya tragedi yang terjadi pada 26 Desember 2004, yang menelan lebih dari 230 ribu korban jiwa.
Bagi keluarga korban, acara ini menjadi kesempatan untuk mengenang kembali orang-orang tercinta. Beberapa dari mereka membawa bunga dan doa, menciptakan suasana emosional yang mendalam. Seorang keluarga korban menyampaikan, “Setiap tahun kami datang ke sini untuk berdoa dan mengenang mereka. Ini adalah cara kami untuk tetap merasa dekat.”
Di sisi lain, peringatan ini menjadi pengingat bagi generasi muda untuk terus menjaga kewaspadaan terhadap potensi bencana. Edukasi mengenai mitigasi bencana di sekolah-sekolah dan masyarakat umum terus didorong agar generasi mendatang lebih siap menghadapi kemungkinan bencana di masa depan.
Sebagai acara yang penuh makna, kegiatan ini juga menjadi simbol betapa pentingnya mengenang masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik. “Peringatan 20 tahun tsunami Aceh ini adalah momen introspeksi bagi kita semua. Bencana ini mengajarkan nilai persatuan dan kekuatan mental dalam menghadapi segala tantangan,” ujar Pj. Gubernur Aceh dalam sambutannya.
Acara ditutup dengan suasana penuh keheningan, di mana semua peserta berdiri bersama untuk mengenang beratnya tragedi yang melanda Aceh. Peringatan ini tidak hanya sebagai penghormatan kepada korban, tetapi juga sebagai inspirasi bagi masyarakat untuk terus memperkuat solidaritas dan kesiapsiagaan dalam menghadapi kehidupan.(**)