JAKARTA, beritalima.com – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang diselenggarakan Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDI Perjuangan Jakarta Selatan, dilaksanakan di Jalan Musyawarah, Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Tepatnya berketempatan di depan rumah Anis Alamsyah Wakil Ketua Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC) PDI Perjuangan. Dan dihadiri Suparno Ketua DPAC PDIP Kecamatan Pasar Minggu, Ketua DPC Jakarta Selatan Suyoto, dan Panji anggota DPRD DKI Jakarta, serta anggota DPR RI yaitu Daryatmo dan Imam Suroso meskipun satu anggota DPR Esti, hanya diwakilkan stafnya pada peringatan Maulid yang bertemakan “Maulid Nabi Muhammad SAW Sebagai Momentum Untuk Memperbaiki Akhlak, Moral, Etika, Dan Suri Tauladan Dalam Kehidupan”.
Pada peringatan itu, diperkirakan yang hadir sekitar 1500 jama’ah baik pria maupun wanita yang terdiri warga sekitar dan jama’ah yang mewakili partai pengusung Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama – Djarot Saiful Hidayat. Diantaranya adalah partai PDIP, GOLKAR, PPP, HANURA, dan NasDem.
Peringatan itu juga, sekaligus langsung menghadirkan tokoh ulama yang memiliki ciri khas yang berbeda. Pertama menghadirkan Ustadz Haidar dari Pondok Pesantren Tebu Ireng yang juga alumni Al Azhar Mesir. Dan kedua, Ustadz Johanna, tokoh agama asal putra Betawi asli, yang tinggal tidak jauh dari panggung peringatan Maulid.
Ustad Haidar lebih pada ajaran – ajaran Nabi Muhammad untuk diikuti seperti makan menggunakan tangan kanan, kuku tiap jum’at selalu dipotong, tidak boleh memarahi istri, dan semua anggota keluarga harus menjalankan shalat lima waktu. Bila semuanya tidak dilaksanakan, Ustadz Haidar secara eksplisit menegaskan dapat dikatakan mengikuti ajaran setan dan tidak mempercayai ajaran Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu menurutnya mau tidak mau harus percaya dengan Rasulullah dan tidak boleh dilawan dan ditentang.
Begitu juga disampaikan Ustad Johanna, yang kental dengan logat Betawinya, membuat para jama’ah yang hadir sempat terhibur dengan gaya hiburannya yang lucu dan menbuat para jama’ah tertawa – tawa. Maka dari itu, disampaikan Ustad Johanna meskipun singkat tapi padat, yakni semua orang akan mati dan tidak akan membawa harta dan jabatan.
“Semua orang akan mati, baik masyarakat TNI/Polri, Presiden pasti akan mati. Maka dari itu kita harus sayang istri dan harus beribadah. Begitu juga dalam hidup harus mendapat ridho dari Allah SWT,” terang Ustadz.
Sementara diungkapkan H. Imam Suroso anggota DPR RI merasa bangga atas pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Terutama ceramah yang disampaikan Ustadz Johanna, menurutnya merasa terharu dan membuat suasana menjadi ramai, bersahabat dan menyenangkan.
Ia pun sependapat seperti yang disampaikan Ustadz Johanna bahwa semua akan dikubur dan harus banyak mengumpulkan pahala. Begitu juga bagi anggota DPR, sependapat seperti yang disampaikan Ustadz M. Haidar dari Tebu Ireng bahwa cara – cara Nabi Muhammad harus diikuti seperti makan harus pakai tangan kanan.
Tapi yang membuat tidak ngantuk saat Ustadz Johanna menyampaikan punya bini, bininya meninggal tidak ditangisi sedangkan suaminya meninggal istrinya menangis – nangis. Oleh karena itu menurut dia, ucapan yang disampaikan kedua Ustadz yang berbeda itu masuk akal dan disenangi masyarakat karena diselingi guyonannya.
Yang pasti menurutnya ajaran Nabi Muhammad wajib diikuti oleh seluruh muslim di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Kendati tidak dihadiri Djarot Saiful Hidayat akibat tersita 20 agenda yang ditemui, hingga akhirnya menuju peringatan Maulid Nabi di Jalan Musyawarah keburu adzan Dzhur, untung saja sudah diwakili anggota DPR RI Imam Suroso Politisi PDIP DPR RI.
“Mudah – mudahan nanti kita jalan lagi, semoga amanah Djarot dapat berkah. Dan insya Allah dapat memimpin lagi Jakarta. Jakarta butuh orang yang pemberani karena Jakarta adalah etalase poros dari nasional kita. Kalau tidak begitu, berbahaya, karena dengan situasi yang seperti itu dibutuhkan pemimpin yang berani dan jujur,” tandas Imam Suroso.
Hal lain ditambahkan politisi PDIP DPR RI asal Jawa Tengah Dapil Pati, Rembang, Grobogan itu, Ia menyampaikan bahwa sekarang di Jakarta sudah tidak banjir, semuanya sudah disedot, dan mengerahkan pasukan kuning dengan gaji perbulan Rp3,1 juta dibanding sebelumnya hanya menerima Rp800 ribu per bulan. Kemudian anak sekolah dari SD – SMA/SMK gratis. Begitu juga soal kesehatan yang tahu persis di Komisi IX DPR RI, anggaran kesehatan dibiayai APBD Provinsi DKI Jakarta.
“Puskesmas dilengkapi tipe D, sedangkan di Provinsi lain tidak akan mungkin terjadi karena saya tahu persis karena sering kunjungan ke seluruh Indonesia,” imbuhnya. dedy mulyadi