Peringati Hari Anak, LaNyalla Ingatkan Potensi Stunting di Tengah Pandemi

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menjadikan Hari Anak Nasional 2021 sebagai momentum mengingatkan semua pihak mengenai potensi stunting pada anak pada masa pandemi virus Corona (Covid-19) yang melanda 34 Provinsi dan 500 lebih kabupaten/kota di tanah air. .

“Pandemi membuat banyak aspek menjadi lebih sulit. Bukan hanya berdampak kepada kesehatan secara umum dan ekonomi, tetapi juga berpengaruh pada risiko stunting. Sebelum pandemi, angka anak stunting di Indonesia cukup tinggi, apalagi selama merebaknya wabah ini,” ujar LaNyalla di sela masa reses di Jawa Timur, Jumat (23/7).

 

Menurut Senator dari Dapil Provinsi Jawa Timur itu, dari hasil studi di 118 negara berpendapatan rendah dan menengah menunjukkan, pandemi membuat penurunan pendapatan nasional bruto. Hal itu signifikan dengan bertambahnya angka stunting.

 

Pandemi membuat ekonomi terpuruk karena semua sektor ekonomi nyaris tidak jalan. Pendapatan masyarakat turun drastis berimbas pada penurunan daya beli. Pengaruhnya tentu pada asupan gizi yang minim bagi keluarga.

“Jadi, masyarakat terutama yang berekonomi rendah, tidak memikirkan asupan nutrisi lagi, bagi mereka yang penting ketemu makan,” ungkap LaNyalla dalam keterangan pers yang diterima awak media, Jumat (23/7).

Dia berharap, semua pihak memahami jika efek pandemi bagi stunting anak tidak bisa abaikan. Dia meminta penanganan stunting tetap menjadi prioritas di tengah penanganan pandemi.

 

“Kita khawatir kesibukan pemerintah mengatasi pandemi membuat program-program pencegahan stunting menjadi kendor. Kalau itu terjadi, tentunya sangat disayangkan sebab stunting ini berkaitan erat dengan masa depan generasi bangsa,” kata dia.

Menurut LaNyalla, tantangan pencegahan stunting semakin berat mengingat posyandu tidak beroperasi untuk mencegah penularan virus Corona.

“Padahal posyandu merupakan garda terdepan dalam memonitor tumbuh kembang anak.”

Dikatakan, stunting harus ditangani dengan kolaborasi multipihak dikarenakan faktor penyebabnya juga multidimensi.

Stunting bukan hanya karena minimnya akses ke makanan bergizi, juga dipengaruhi praktek pengasuhan yang kurang baik, terbatasnya layanan kesehatan, air bersih tidak tercukupi, sanitasi tak layak, termasuk pembelajaran dini yang kurang berkualitas bagi keluarga.

 

Yang paling penting, lanjut LaNyalla, perlunya edukasi bagi masyarakat. Edukasi itu perlahan akan mengubah mindset, pola pikir dan juga gaya hidup masyarakat Indonesia.

 

“Pemerintah menargetkan penurunan stunting hingga 14 persen 2024. Stunting merupakan salah satu indikator prioritas dalam SDGs di mana target 2030 adalah terbebas dari malnutrisi. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait