beritalima.com | Ibu Wati adalah seorang ibu yang berusia 46 tahun. Beliau adalah seorang ibu yang kuat yang mempunyai tiga anak, dan mempunyai cita-cita tinggi untuk mendidik anaknya yang ketiga hingga ke Perguruan Tinggi Negeri. Kehidupan yang tak mewah bisa dikatakan sederhana, tidak membuat perempuan yang berprofesi sebagai kuli cuci dan petugas kebersihan sekolah ini lupa akan pentingnya sebuah pendidikan. Walaupun beliau dulunya tidak bersekolah tak menutup pikirannya untuk menyekolahkan anaknya yang ketiga hingga ke pendidikan yang lebih tinggi.
Wati yang bekerja sebagai kuli cuci dan suaminya bekerja sebagai pemulung serta membantu istrinya untuk bekerja sebagai petugas kebersihan di sekolah TK (taman kanak-kanak) dekat rumahnya. Wati dan suaminya yang bernama Matsani bekerja setiap hari mulai pukul 05.20-09.20 siang. Wati mengatakan tidak ada kata terlambat untuk menyekolahkan seorang anak, sedikit demi sedikit uang yang di dapat dari hasil bekerjanya beliau kumpulkan untuk membiayai sekolah anaknya. Begitu ujarnya.
Keinginan yang keras dari perempuan ini demi untuk melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu, untuk menjadi bekal di masa depannya nanti dan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih dari pada seorang kuli cuci dan petugas kebersihan sekolah. Sedikit demi sedikit uang yang di dapat dari hasil bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah Wati dapat menyekolahkan anaknya yang ketiga sampai ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri).
Kesadaran akan sebuah pendidikan yang utama, membuat Wati banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan anaknya yang dirasakannya memang sangat berat. Tetes keringat yang dikeluarkan setiap harinya, kesabaran yang selalu mengiringinya tanpa lelah untuk menyayangi ketiga anaknya setiap hari dan setiap waktu do’a yang selalu terakhir dari ketulusan dipanjatkan kepada tuhan yang Maha Esa.
Namun perempuan yang lahir 1 Januari 1971 ini pada tahun 2017 telah mengalami sakit stroke dan tidak dapat bekerja dan tidak dapat melakukan aktifitas lagi sampai sekarang. Sebuah perjuangan besar seorang ibu, ia tidak pernah meminta rasa kasihan kepada orang lain, tetapi Wati hanya ingin melihat anaknya di samakan dengan anak-anak lain tanpa melihat apa pekerjaan orang tuanya. Wati yang beralamat di Jalan Malaka 3, Jakarta Utara ini mempunyai seorang suami dan tiga orang anak. Anak yang pertama dan kedua nya sudah berkeluarga, anak terakhirnya saat ini masih semester 4 di Politeknik Negeri Jakarta.
Alangkah berat menjadi sosok seorang ibu mengurus semua dan segala hal didalam rumah tangga, beliau sangat sabar dengan kenakalan anak-anaknya, tapi terkadang juga mengeluarkan kejengkelannya itupun selalu dibalas dengan memberikan nasehat untuk menjadi seorang anak yang tidak nakal, berbakti kepada kedua orang tua, sosok ibu yang sangat di sayangi oleh anak-anaknya
Dan kini pekerjaan Wati sebagai petugas kebersihan digantikan oleh sang suami dan kini sang suami lah yang telah menanggung semua biaya anaknya untuk kuliah dan dibantu oleh kedua anaknya yang sudah berkeluarga untuk berobat istrinya. Rasa lelah pasti ada, tetapi ayah dari tiga orang anak ini tidak ingin terlihat lemah di mata anak-anaknya. Namun tidak seorangpun yang mampu untuk membalas semua kasih sayang cinta dan do’a yang selalu diberikan oleh seorang ibu dan ayah kepada buah hatinya.
Namun ketika menjelang bulan puasa tiba, anak ketiga dari ibu dan ayah tersebut berinisiatif untuk mencari uang tambahan untuk biaya Studek (Studi Eksekursi) yang harganya berkisar hingga Rp1.800.000-2.000.000. Kemudian sang kaka tersebut memberikan saran kepada adiknya yang bernama Suherni tersebut dengan cara berjualan petasan didepan rumah. Namun saran tersebut diterima oleh Suherni dan kini setiap sepulang dari kampus Suherni langsung bergegas mandi dan membuka usaha petasannya pada pukul 05.10-21.00.