Perjuangan yang Tak Tergantikan

  • Whatsapp

Sumber : Pinterest

beritalima.com |
Ibu adalah malaikat tak bersayap yang telah melahirkanku. Dengan penuh kasih sayang ia merawat dan menjagaku. Ia rela berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku.

Saat Aku Masih Berada Dikandungan
Saat Ibuku mengandungku, awalnya semua terasa normal tidak ada masalah dengan kandungannya. Namun, saat kandungannya memasuki bulan ke-2 hingga ke-4 Ibuku mulai merasakan gangguan kehamilan yang dibilang cukup parah.

Setiap hari Ibuku mengalami mual dan muntah hingga ia tidak bisa makan, jangankan makan untuk minun segelas air putih pun ia tidak bisa karena akan membuatnya muntah. Selain itu, kandunganya terus menerus mengeluarkan flek darah, hingga ia harus mondar-mandir ke rumah sakit karena pendarahannya semakin parah.

Memasuki kandungan bulan ke-6 ia mengalami pendarahan yang sangat hebat, dokter menyarankan untuk mengangkat kandungan yang ada diperutnya itu. Dokter menyatakan, “Kemungkinan yang bisa diselamatkan hanya salah satu, ibu atau anaknya.” Keluargaku hanya bisa berdoa di luar ruang operasi, berharap dokter bisa menyelamatkan keduanya.

Hidup Di Dunia
Tuhan mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan oleh keluargaku, Ibuku dan Aku bisa diselamatkan. Aku terlahir prematur, Ibuku tidak bisa langsung membawaku pulang ke rumah karena aku memerlukan perawatan khusus.

Karena tubuhku masih terlalu mungil, aku harus berada di ruang inkubator selama beberapa bulan. Setiap hari Ibuku mondar-mandir dari rumah ke rumah sakit hanya untuk menengok dan mengantarkan aku asi. Sungguh, berapa banyak tenaga dan biaya yang harus ia keluarkan untukku.
Sampai akhirnya dokter mengizinkan Ibuku untuk membawaku pulang ke rumah. Tetapi dengan syarat aku tidak boleh ditemui oleh orang banyak karena aku belum menjadi bayi yang sempurna, aku masih sangat sensitif. Apa boleh buat Ibuku tinggal di sebuah perkampungan, banyak orang ingin melihat dan menengok seperti apa bayi yang terlahir prematur itu.

Hanya seminggu aku bertahan di rumahku. Badanku mulai membiru dan tidak menangis sama sekali. Ibuku dan Ayahku membawaku kembali ke rumah sakit. Dokter marah karena Ibuku tidak mengikuti sarannya untuk tidak mempertemukan aku dengan orang banyak. Akhirnya, aku kembali tinggal di rumah sakit.

Untuk kedua kalinya aku kembali tinggal di rumah sakit ini, rumah sakit di salah satu Kota Surakarta. Setelah dua minggu di rumah sakit, Ibuku membawaku pulang kembali ke rumah. Kali ini tidak ada masalah apapun yang terjadi padaku, aku bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak yang terlahir normal.

Perjuangan Ibuku saat melahirkanku membuatku tersadar betapa sulitnya menjadi seorang ibu. Aku sangat menyayanginya, semua pengorbanannya akan terus kuhargai dan aku harus berbakti kepadanya. Aku selalu berdoa agar Ibuku diberi kesehatan dan kebahagian selama hidupnya.

(Sausan Sudarjat/Politeknik Negeri Jakarta)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait