JAKARTA – Perkembangan pandemi minggu ini mulai menunjukkan perubahan tren jumlah kasus positif dan jumlah kesembuhan. Bahkan dalam 4 hari terakhir ini, terjadi kenaikan kasus baru yang lebih banyak dari jumlah pasien sembuh. Kenaikan kasus positif ini juga diikuti kenaikan tren kasus aktif selama 4 hari terakhir.
“Dimana sebelumnya terjadi tren penurunan selama 11 hari (8 – 18 Mei 2021) berturut-turut. Dalam kurun 11 hari tersebut, terjadi penurunan jumlah kasus aktif hingga mencapai 11.486 kasus,” Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam keterangan pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Selasa (25/5/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Cukup disayangkan karena perkembangan baik ini tidak bertahan lama. Karena dalam 4 hari terakhir ini, kenaikan kasus aktif hingga mencapai 4.408 kasus. Kenaikan kasus secara nasional ini diikuti peningkatan kasus aktif pada 9 provinsi. Yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Gorontalo dan Maluku Utara dalam 1 minggu terakhir.
Perkembangan ini, didasarkan dari hasil testing yang terus ditingkatkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama terhadap masyarakat yang baru pulang dari perjalanan mudik. Untuk cakupan testing tingkat nasional saat ini, capaiannya sudah meningkat dan mencapai 132% dari standar Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). “Ini jumlah testing tertinggi di Indonesia sejak awal pandemi,” imbuh Wiku.
Sangat diharapkan capaian testing ini diikuti upaya maksimal dalam pemantauan dan pengawasan terhadap masyarakat yang melakukan kewajiban karantina 5 x 24 jam. Pengawasan ini juga perlu dilakukan mengingat masih terjadinya kenaikan tren mobilitas ke pusat perbelanjaan paska 6 hari Idul Fitri.
Dan ini terjadi hampir di seluruh provinsi. Dengan kenaikan tertinggi berada di Maluku Utara mencapai 40 persen, Sumatera Barat sebesar 36 persen, Jawa Tengah 35 persen dan Gorontalo 35 persen. Melihat fakta ini menunjukkan bahwa proses belajar bersama belum menunjukkan hasil yang diharapkan.
Baik pelaksanaan kebijakan berlapis seperti pembatasan mobilitas penduduk dan paritispasi masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. “Adanya kasus ini serta masih meningkatnya mobilitas masyarakat setelah idul Fitri, perlu menjadi bahan refleksi bersama. Bahwa, keberhasilan tidak akan tercapai apabila tidak ada sinergi dari seluruh lapisan masyarakat,” pesan Wiku.