Perkumpulan Sahabat Mahfud dibidani oleh MMD Initiative

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com- Nama Perkumpulan ini diambil dari sebuah buku yang terbit tahun 2013 sebagai hadiah Ulang Tahun yang ke-56 dari Sahabat-sahabat Mahfud MD. Buku ini berisi 56 tulisan para Sahabat Mahfud tentang Mahfud MD.

Dalam buku ini, Abuya Syafii Maarif menyebut Bung Mahfud sebagai jelmaan dua sub-kultur santri yaitu sub kultur santri NU Madura dan sub kultur santri Muhammadiyah-HMI Yogyakarta. Modal dual track sub kultur ini tentu cukup penting untuk mempersatukan umat dan bangsa.

Akbar Tandjung menulis Mahfud MD sebagai aktivis dan cendekiawan yang kaya pengalaman sehingga tampak matang sebagai politisi negarawan yang mumpuni.

Bambang Widjojanto mengkomparasikan MMD dengan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz melalui pisau bedah lima fenomena kepemimpinan MMD.

Bismar Nasution menyebut MMD sebagai benteng terakhir tertib hukum dan gemintang di tengah gelap yang selalu membangun budaya hukum.

Chairul Tanjung menyebut MMD sebagai aset bangsa yang multi warna, konsisten dan bersahaja.

D Zawawi Imron menulis puisi yang diantara syairnya berbunyi, “Bahwa kehormatan ini harus dijaga, sebagai bukti, bahwa ibu kita tidak sia-sia melahirkan kita”,

Dahlan Iskan menulis MMD adalah figur yang konsisten menjaga MD-nya, yaitu integritas dan obyektivitas.

Denny Indrayana menulis bahwa sosok MMD merupakan personifikasi dari pepatah kejujuran memberikan ketenangan. Sedangkan Eddy O.S Hiariej menulis MMD sebagai figur yang konsisten membela kebenaran.

Feri Amsari menyebut Mahfud MD sebagai penyerang bukan penjaga gawang, pendekar bukan resi.

Hary Tanoesoedibjo menulis bahwa separuh pribadinya adalah Gusdur, senada dengan Gus Yusuf Chudlori Magelang yang menulis bahwa darah Gusdurian mengalir dalam tubuh MMD.

KH Hasyim Muzadi menyebut Mahfud MD sebagai pejuang hukum yang dibutuhkan oleh Indonesia.

Hikmahanto Juwana menggambarkan MMD sebagai orang biasa yang terus mengalir secara demokratis. Mahfud MD tidak pernah bersikap elitis.

Jakob Oetama menulis bahwa MMD merupakan sosok penegak hukum yang selalu mengedepankan keadilan substantif.

HM Jusuf Kalla menulis bahwa dalam pengabdiannya di lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif Mahfud MD menjadi teladan, oleh karena itu diharapkan Mahfud MD mengabdi ke tahap yang lebih tinggi.

Laode Kamaluddin menyebut MMD sebagai Bapak Transparansi Indonesia.

Luhut Binsar Panjaitan menulis “banyak sekali yang bisa ia sumbangkan kepada bangsa dan negara, menurut saya sangat pantas menjadi Presiden RI. Kalau tidak terpilih jadi RI-1, maka masih banyak medan pengabdian lain yang menanti beliau”.

Muhadjir Effendy menggambarkan Mahfud MD sebagai sosok Baladewa dalam kisah pewayangan. Sedangkan Ni Kadek Supri Aryadharma menyebut MMD sebagai Brahmana berbaju Ksatria.

Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menulis MMD sebagai pendekar penegak keadilan yang tidak gila jabatan.

Sukardi Rinakit menulis MMD sebagai sosok yang menyerang tanpa pasukan dan mendobrak radius 100 meter.

Sri Sultan HB X menulis MMD sebagai sosok yang tegas tapi toleran. (*).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait