Perluasan Program MBG Dan Penerima Manfaat, Perlu Diwacanakan

  • Whatsapp

Oleh : Ketua Ikatan Alumni Universitas Brawijaya Provinsi Maluku “Subhan Pattimahu”

Jakarta,- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintahan Prabowo–Gibran merupakan kebijakan strategis yang patut memperoleh dukungan luas dari seluruh elemen bangsa. Program ini menegaskan bahwa pembangunan manusia Indonesia tidak cukup hanya bertumpu pada perluasan akses pendidikan, tetapi harus ditopang oleh pemenuhan kebutuhan dasar yang paling fundamental, yakni gizi yang layak dan berkelanjutan. Dalam kerangka tersebut, MBG menjadi fondasi penting bagi kecerdasan, kesehatan, dan produktivitas nasional.

Demikian disampaikan oleh Subhan Pattimahu, Subhan Pattimahu, Ketua Ikatan Alumni Universitas Brawijaya Provinsi Maluku. Dirinya memandang bahwa agar MBG benar-benar tampil sebagai program besar yang paripurna, berkeadilan, dan berorientasi jangka panjang, maka diperlukan penyempurnaan cakupan penerima manfaat.

Dirinya menyarankan, salah 1 langkah strategis yang perlu dipertimbangkan adalah memperluas Program Makan Bergizi Gratis hingga menjangkau mahasiswa sebagai bagian akhir dari mata rantai prosew Pendidikan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia.

” Secara nasional, mahasiswa bukanlah kelompok yang homogen secara sosial dan ekonomi. Di satu sisi terdapat mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi mapan, namun di sisi lain tidak sedikit mahasiswa yang berasal dari keluarga menengah dengan daya dukung terbatas, bahkan dari keluarga yang secara ekonomi berada dalam kondisi tidak mampu. Banyak mahasiswa harus bergantung pada kiriman orang tua yang tidak selalu pasti, bekerja paruh waktu di sela-sela perkuliahan, atau menekan kebutuhan dasar demi menjaga keberlanjutan studi,” sebut Pattimahu, Kamis (18/12/2025), saat di mintai keterangannya dari media ini.

Dalam praktiknya, program beasiswa belum sepenuhnya menjangkau seluruh mahasiswa yang membutuhkan. Keterbatasan kuota, persyaratan administratif, serta berbagai faktor teknis dan non-teknis menyebabkan sebagian mahasiswa berada pada posisi yang rentan. Mereka tidak selalu tercatat sebagai kelompok miskin ekstrem, namun juga tidak memiliki ketahanan ekonomi yang cukup kuat. Kelompok mahasiswa inilah yang kerap berada di wilayah “abu-abu” dan sering luput dari jangkauan kebijakan negara.

Pada titik inilah, Subhan Pattimahu menilai bahwa kehadiran MBG bagi mahasiswa menjadi sangat relevan. Program ini bukan semata soal pemenuhan kebutuhan makan, tetapi merupakan sentuhan negara yang konkret dan bermakna, yang dapat menghadirkan rasa diperhatikan sekaligus memberikan dorongan psikologis bagi mahasiswa untuk tetap bertahan, berproses, dan berkembang di tengah tekanan ekonomi.

Pemenuhan gizi yang layak memiliki korelasi langsung dengan kualitas proses belajar. Mahasiswa yang tercukupi gizinya akan memiliki daya konsentrasi dan daya serap akademik yang lebih baik, kondisi fisik dan mental yang lebih stabil, serta semangat belajar yang lebih terjaga. Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut, mahasiswa dapat lebih fokus mengembangkan kapasitas intelektual, keterampilan, dan karakter sebagai bekal utama menghadapi dunia kerja dan dunia profesional.

Mahasiswa pada hakikatnya merupakan titik puncak dari proses panjang pembangunan manusia, sekaligus gerbang terakhir sebelum memasuki dunia kerja, industri, dan kepemimpinan publik. Oleh karena itu, menurut Subhan Pattimahu, memastikan mahasiswa berada dalam kondisi fisik dan mental yang prima bukan semata persoalan kesejahteraan, melainkan kepentingan strategis negara dalam menyiapkan generasi terdepan yang siap bersaing di tingkat nasional maupun global.

Dari sisi teknis dan tata kelola, Subhan Pattimahu berpandangan perguruan tinggi sangat ideal dijadikan sebagai pengelola dapur MBG bagi mahasiswa. Setiap kampus dapat mengelola dapur MBG secara mandiri dan profesional, dengan tetap berada di bawah standar, regulasi, serta pengawasan Badan Gizi Nasional. Skema ini memungkinkan kualitas gizi tetap terjaga, penggunaan anggaran berlangsung akuntabel, serta keberlanjutan program dapat dipastikan.

Gagasan perluasan MBG hingga mahasiswa sepenuhnya sejalan dengan visi besar Prabowo–Gibran dan merupakan perwujudan yang lebih utuh serta total dari Asta Cita, khususnya dalam penguatan kualitas manusia Indonesia, peningkatan produktivitas dan daya saing nasional, pemerataan keadilan sosial, serta optimalisasi bonus demografi.

” Mahasiswa adalah generasi yang akan segera berhadapan langsung dengan tantangan dunia kerja, industri, dan persaingan global. Karena itu, memastikan mereka sehat, fokus, dan siap merupakan bagian dari strategi besar menuju Indonesia yang kuat dan berdaulat,”sarannya.

Subhan Pattimahu menegaskan dukungan penuh terhadap Program Makan Bergizi Gratis sebagai kebijakan visioner pemerintahan Prabowo–Gibran. Namun, demi mencapai dampak yang maksimal dan keadilan yang lebih substantif, MBG perlu diperluas hingga menjangkau mahasiswa. Langkah ini bukan pemborosan anggaran, melainkan investasi cerdas pada fase akhir pembentukan sumber daya manusia nasional.

” Ketika mahasiswa diperkuat, maka bangsa ini sedang menyiapkan masa depannya dengan sungguh-sungguh. Inilah wujud negara yang hadir, berpikir jauh ke depan, dan bekerja dengan totalitas untuk generasi penerus Indonesia. Perlu dipahami bersama bahwa kita akan memasuki zaman dimana anak muda / mahasiswa akan memimpin atau dipimpim, anak muda inilah yang lebih tau negara ini seperi apa untuk diperjuangkan, coretan coretan sejarah akan terulang kembali bagaimana anak muda itu berperan kedepan dan Bangsa ini butuh anak Muda dan itu adalah Sekarang,” tutupnya. (ulin)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait