(Belajar Dari Pernik-Pernik Permainan Pemain KPTA Cup Jayapura 2024)
Oleh: H. Asmu’i Syarkowi
(Hakim Tinggi PTA Jayapura)
Salah satu even rutin yang digelar setahun sekali di lingkungan Peradilan Agama adalah pertandingan tenis dalam rangka KPTA Cup. Kegiatan, yang biasanya diikuti oleh seluruh Pengadilan Agama se-wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama setempat, ini biasanya tidak hanya memperebutkan piala bergilir Ketua Pengadilan Tinggi Agama, tetapi juga uang pembinaan dan piala tetap yang akan menjadi milik masing-masing satker.
Gaairah setiap pemain biasanya juga sangat tinggi saat berlaga. Banyak faktor mengapa demikian, antara lain, menjadi ajang refresing bagi setiap pemain dari kepenatan tugas sehari-hari. Akan tetapi, yang lebih penting even ini memang sebagai tangga menuju even yang lebih prestisius berikutnya, yaitu Mahkamah Agung Cup. Dan, yang berhak mewakili pada even ini nasional ini tidak lain adalah para pemain berbakat yang dipilih melalui even KPTA Cup ini. Dengan kata lain, organisasi PTWP daerah—sebuah oraganisasi tenis khas warga peradilan semacam PELTI–biasanya akan menyeleksi sekaligus menentukan siapa pemain yang berhak mengikuti even bertaraf nasional yang melibatkan para petenis dari 4 lingkungan badan peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer).
Oleh karena level gengsi yang demikian, maka tidak jarang dari kebolehan bertenis lapangan ini, sering menjadi ‘berkah’ bagi karir pegawai (PNS, Panitera, atau Hakim) yang bersangkutan.
Beberapa hari yang lalu Pengadilan Tinggi Agama Jayapura juga berkesempatan menyelenggarakan even tersebut. Kali ini merupakan even ke-18 yang diikuti oleh seluruh pemain tenis PTA Jayapura bersama 10 satker (Pengadilan Agama) di wilayah hukumnya. Perhelatan tahunan yang digelar bersamaan dengan rakorda ini memang terbilang unik dan satu-satunya di Indonesia. Mengapa? KPTA Cup di daerah lain biasanya hanya melibatkan satker satu provinsi. Akan tetapi, KPTA Cup di ujung Timur Indonesia ini, melibatkan satker dari 4 provinsi, yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua Tengah, Provinsi Papua Pegunungan, dan Provinsi Papua Selatan. Dengan wilayah yang sangat luas itu–dan letak georafis yang saling berjauan serta hampir 70 persen harus ditempuh pesawat–maka even yang menjadi lambang supremasi pamain tenis setempat itu merupakan even yang paling mahal dibanding KPTA Cup daerah lain di Indonesia.
Pertandingan yang diselanggarakan 2 hari penuh (7 sampai 8 Februari 2024) ini telah memilih TIM Pengadilan Agama Biak ( Juara I sekaligus memboyong Piala Bergilir KPTA Jayapura), Pengadilan Agama Serui (Juara II) dan Pengadilan Tinggi Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Nabire (Juara III bersama).
Tenis Sebagai Olah Raga Favorit
Pertanyaan yang sering muncul, mengapa pengadilan memilih olah raga tenis ini sebagai (semacam) olah raga wajib dan karenanya semua pegawai dari level bawah (non job) sampai yang paling tinggi di setiap satker harus mendukung? Bahkan, kewajiban dukungan ini secera resmi juga telah ditandai dengan kewajiban mereka membayar iuran wajib setiap bulan.
Beberapa waktu lalu kita juga dibuat heran. Beberapa selebritis cantik nasional terlihat ‘ikut-ikutan’ bermain tenis. Sontak, tampilnya para ‘bidadari’ yang wajahnya sering menghiasi dunia sinetron di layar gelas itu mendapat porsi pemberitaan eksklusif di media yang tentunya membuat para pemujanya juga terbius ingin menonton. Padahal, dahulu terhadap olah raga sedikit ekslusif ini, mereka acuh tak acuh.
Apa pun motivasi mereka menonton, tenis lapangan, sebagaimana ditulis dalam laman timesindonesia.co.id (14/09/2023), merupakan permainan yang sudah ada sejak abad ke-11 di Perancis. Permainan tersebut bernama ‘jeu de paume’ yang artinya telapak tangan. Sementara kata tenis sendiri berasal dari ‘tenez’ yang artinya mainkan. Kata tersebut diucapkan sebagai aba-aba permainan dimulai. Permaian telapak tangan itu digemari kaum bangsawan, baik laki-laki maupun perempuan. Namun saat itu, mereka bermain di halaman istana atau rumah megahnya. Hingga pada tahun 1530-an Raja Henry VIII dari Inggris membangun lapangan tenis di Istana Hampton Court. Sedangkan raket ditemukan pertama kali pada tahun 1583.
Tahun 1870-an penggunaan lapangan tenis di Inggris itu terus berkembang. Popularitasnya hingga mendunia berkat publikasi artikel A Portable Court of Playing Tennis yang ditulis oleh Walter Clipton Wingfield. Berkat tulisannya itu, kini ia dikenal sebagai pelopor tenis lapangan. Kemudian Amerika menyusul, tahun 1874 dibangun lapangan tenis. Amerika juga membentuk klub tenis lapangan hingga permainan ini makin populer di negara Paman Sam.
Seiring berjalannya waktu, tenis bukan lagi dianggap permaian biasa, tapi olahraga. Hingga pada 1913 dibentuk organisasi internasional untuk olahraga tenis lapangan yang berpusat di Prancis dengan nama Federation International de Lawn Tennis (FILT). Nama organisasi itu kemudian diubah oleh orang Inggris menjadi International Lawn Tennis Federation (ILTF). Kemudian pada 1977, nama ILTF diubah menjadi ITF atau International Tennis Federation. Dengan adanya organisasi tenis, digelar kejuaraan tenis dunia. Kejuaran tenis lapangan paling bergengsi di dunia yaitu Wimbledon, mulai dilaksanakan tahun 1877 dan pada 1881, terbit standar peraturan dan organisasi kompetisi tenis lapangan. Kejuaraan tenis dunia itu terus berlangsung hingga kini.
Manfaat Tenis
Sebagaimana yang juga ditulis oleh laman timesindonesia.co.id (14/09/2023) olah raga tenis memang menggerakkan seluruh anggota tubuh. Secara fisik olah raga ini dapat melatih kekuatan kaki saat berlari mengejar bola. Selain itu dapat melatih kekuatan tangan termasuk lengan dan bahu saat memukul bola. Secara umum tenis meningkatkan kebugaran kardiovaskular, daya tahan dan kekuatan otot. Tenis juga efektif membakar kalori. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, olah raga tenis tunggal sebagai aktivitas fisik dengan intensitas tinggi. Secara umum, orang seberat 69,9 kilogram akan membakar 220–295 kalori dalam 30 menit aktivitas berat. Pertandingan tenis yang berlangsung 90 menit hingga hampir tiga jam itu dapat membakar setidaknya 660-1.320 kalori. Jika dilakukan secara rutin dapat membentuk otot hingga menyehatkan jantung.
Selain mendapat kesehatan fisik, bermain tenis juga dapat menjaga kesehatan mental. Seperti olah raga lainnya, tenis juga dapat meningkatkan hormon endorfin yang memberikan energi positif pada tubuh sehingga dapat memelihara kesehatan mental. Bahkan, sebagaimana ditulis dalam Kompas.com ( 12-07-2023), menurut sebuah penelitian, di antara tujuh cabang olah raga yang ada ( tenis, bulu tangkis, sepak bola, bersepeda, jogging, berenang, senam) tenis merupakan olah raga yang diyakini sebagai olah raga yang paling diharapkan dapat memperpanjang usia. Penelitian yang dilakukan selama 25 tahun dengan melacak lebih dari 8.500 orang menemukan jenis olahraga yang bisa meningkatkan harapan hidup seseorang. Temuan menunjukkan, orang-orang yang melaporkan hampir tidak pernah berolahraga lebih mungkin meninggal dalam beberapa dekade berikutnya dibandingkan mereka yang aktif.
Sebagaimana ditulis pada laman Annastasya Rizqa, dalam laman okezone.com (22 Desember 2023), yang dilansir dari National Library of Medicine, tenis bisa memberi harapan hidup lebih lama hingga 9,7 tahun. Menurutnya, sebuah studi epidemiologi baru terhadap pria dan wanita Denmark, menemukan bahwa orang dewasa yang sering berpartisipasi dalam tenis dan olahraga tim lainnya hidup lebih lama dibandingkan orang yang tidak banyak bergerak. Olah raga lainnya hanya memungkinkan menambah umur antara 3 sampai 6 tahunan.
Olah Raga Tenis dan Peradilan
Permainan tenis merupakan olah raga yang paling tertib di dunia. Coba perhatikan ada aturan yang ketat yang tidak hanya ditujukan kepada para pemain tetapi juga para penonton. Para penonton yang duduk di tangga tribun mengelilingi lapangan harus tertib dengan risiko akan diusir dari lapangan jika tidak mematahui ‘kode etik’ penonton, seperti penonton tidak boleh mengganggu membuat aktivitas diri saat permainan berlangsung. Saat pemain akan memulai servis semua penonton harus diam. Mengeluarkan suara pun jika sampai terdengar pemain, akan mendapat teguran wasit. Sorak sorai suporter hanya boleh dilakukan saat bola mati. Itulah sebabnya olah raga ini dulu terkesan sangat elitis karena sangat membatasi para penonton untuk berekspresi di lapangan.
Tetapi sebenarnya tidak hanya itu, tenis merupakan olah raga yang banyak memiliki jenis pukulan yang di samping bervariasi juga telah terlembagakan, seperti spin, voli, dropshot, forehand, backhand, slash (backslash dan foreslash). Pukulan tersebut akan digunakan pemain pada situasi yang tepat. Hitungan dengan tangga angka 15, 30, 40 sekilas merupakan hitungan tercepat bagi sebuah game olah raga mana pun, akan tetapi untuk mencapainya bagi pemain level dunia capaian angka poin itu sering didapat secara sangat melelahkan. Pemain biasanya akan menggunakan berbagai jenis pukulan untuk memperolah poin. Keputusan harus menggunakan pukulan apa sangat dipengaruhi oleh kondisi pemain. Paduan emosi dan rsionalitas, sangat berpengaruh bagi keberhasilan sebuah pukulan. Dan, yang lebih penting olah raga ini juga mengajarkan cara pengambilan keputusan yang cepat sekaligus tepat saat harus memukul bola dan dengan menggunakan jenis pukulan apa. Ada saatnya emosi dan rasionalitas berjalan sendiri, tetapi ada saatnya harus berjalan bersama sakaligus dalam hitungan detik. Singkat cerita, pada kahirnya paduan antara aturan main, teknik perminan pemain yang indah, dan ketertiban penonton, menyebabkan permainan tenis menjadi olah raga yang paling indah sekaligus paling enak dinikmati.
Dengan sedikit ilustrasi di atas, ditambah dengan beberapa hasil penelitian mengenai manfaatnya tenis, maka secara substansial terjawab pertanyaan, mengapa warga peradilan perlu memilih olah raga tenis sebagai olah raga resmi. Keadilan, kepastian, dan kemanfaatan sebagai goal penegakan hukum, sejatinya merupakan produk dari paduan antara “aturan main” (substance), pemain dan wasit (structure), dan ketertiban penonton (legal culture). Selamat dan teruslah bertenis ria.