SURABAYA, beritalima.com | Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan berbagai upaya untuk mempersiapkan pagelaran Piala Dunia U-20 pada tahun 2023 mendatang. Salah satu yang terus dilakukan adalah memasang geomembran dan terus mengebut penanaman pohon di di Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo. Hal itu dilakukan untuk mencegah atau meredam bau yang berasal dari sampah PLTSa Benowo.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Agus Hebi Djuniantoro memastikan bahwa pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mencegah bau yang ditimbulkan oleh sampah yang ada di TPA Benowo. Menurutnya, bau itu berasal dari fermentasi sampah yang ada di tempat tersebut. Fermentasi itu menimbulkan gas metan dan sulfur, sehingga menyebabkan bau kurang sedap. “Nah, supaya tidak bau, maka kami melakukan berbagai hal supaya nanti di Piala Dunia U-20 tidak bau,” kata Hebi.
Pertama, pemkot meminta pengelola PLTSa Benowo untuk menutup tumpukan sampah itu dengan geomembran, supaya gas yang ditimbulkan oleh sampah itu tidak keluar. Selama ini tumpukan sampah itu memang sudah ditutup geomembran, namun sudah ada yang sobek, makanya saat ini dipasangi lagi dan ditutup semuanya.
“Sampai sekarang pengerjaan pemasangan geomembran itu sudah lebih dari 50 persen. Kita terus kebut dan kita targetkan awal September sudah harus selesai semuanya, sudah tertutup semuanya. Karena nanti akan ada inspeksi dari FIFA untuk mengecek hasil pengerjaan ini. Apalagi, kalau ditutup semuanya kan juga lebih cantik secara estetikanya,” kata dia.
Kedua, pemkot juga meminta penambahan methane capture. Jadi, di TPA itu ada pipa-pipa atau blower yang dipasang di bawah TPA yang bernama methane capture. Alat ini yang kemudian menangkap gas metan dari sampah-sampah itu lalu diolah di generator hingga akhirnya bisa menjadi energi listri.
“Nah, methane capture itulah yang kami minta untuk ditambah supaya lebih efektif lagi menangkap gas metan,” ujarnya.
Ketiga, sampah-sampah yang baru datang atau sampah harian, diminta untuk disemprot terlebih dahulu oleh bakteri mikroorganisme untuk menyerap bau-bau yang ditimbulkan dari sampah baru tersebut. “Jadi, ketika baru nyampek di TPA langsung kita semprot bakteri mikroorganisme, sehingga baunya tidak terlalu menyengat,” imbuhnya.
Keempat, jajaran pemkot terus memperbanyak penanaman pohon di sekeliling kawasan TPA. Green belt atau sabuk hijau itu ditanami berbagai macam pohon, mulai dari pohon bambu dan pohon besar lainnya. Penanamannya pun dibuat bertingkat atau bershap, sehingga pepohonan itu nantinya akan berbentuk tangga-tangga, dan sampah yang ada di TPA itu tidak akan terlihat dari jalan raya yang baru dibangun.
“Penanaman pohon itu sudah kami kebut sejak bulan lalu, dan saat ini sudah ada sekitar 3.500 lebih pepohonan yang kita tanam. Pohonnya pun bermacam-macam, sehingga nanti di kawasan TPA itu akan terlihat sangat hijau, dan bukan lagi tumpukan sampah,” pungkasnya. (*)