ACEH, Beritalima-Tindakan Miftahul Jannah memilih mundur dari pertandingan adalah menjadi pelajaran bagi bangsa ini dan dunia agar menghargai dan memelihara hak asasi manusia (HAM). Dalam hal ini adalah keyakinan individual dalam beragama.
Menurut ketua Cakra 19 Aceh Relawan Jokowi-Ma’aruf Amin, Gumarni,SH M.Si, hal ini tidak mungkin di salahkan siapa sipa, dan ini hanya miskomunikasi saja atau pemahaman pelaturan pertandingan yang mungkin kurang difahami oleh pembimbing miftah di Aceh.
“Wanita penyandang disabilitas yang didiskualifikasi karena menolak melepaskan jilbabnya.di cabang olahraga Blind Judo kelas 52 kg klasifikasi low vission Asian Para Games 2018, Miftahul Jannah, lebih memilih mundur dari pertadingan judo di daripada harus membuka jilbab di arena.
“Prinsip kuat Miftahul Jannah itu patut diberi apresiasi tinggi karena keteguhannya mempertahankan identitas Propinsi Aceh sebagai daerah syariat Islam di depan mata Dunia dan ini sebuah kebanggaan bagi Aceh, tapi ini juga sebuah keritikan bagi pembimbing Miftahul jannah yang ada di Aceh, apakan mereka tidak tau peraturan dalam bertanding jangn samakan Nasional dengan Lokal.
“Panitia penyelenggara kegiatan dengan panitia pengiriman atlet di Aceh, seharusnya sama sama tau atau salah satunya pura ngak tau. mungkin itu sudah direncanakan sedemikian rupa untuk dijadikan manfaat lain seperti keranah politik.
“Pertandingan atlet itu berlaku hukum Nasional tidak berlaku hukum lokal (kekususan Aceh) jadi saat dipaksakan keranah lokal lawan tandingan pasti tidak mau sehingga panitia kegiatan mengambil sikap pada aturan dasar kegiatan tersebut, Ujar ketua Cakra 19 Aceh,”Selasa-16-10-2018.
Begitu juga kejadian pada Presiden Jokowi dalam pidato. Menjelang politik 2019 di jaman sekarang salah baca Alfatihah saja dipersoalkan, padahal kalau orang jawa sudah hampir semua tidak bisa membaca Alfatihah secara fasih seperti orang Aceh bacaan yang sangat bagus Alfatihah.
Kalau orang jawa manyoritas bacaannya Alfatekah. Lalu yang sayang pembaca berita di teknologi sudah komentar yg kurang sehat sampai menyudutkan Presiden Jokowi tentang bacaan itu dan yang aneh lagi masalah miftah mundur karna tidak boleh pakai jelbab itupun di isukan pak Jokowi kurang suka pada keislaman orang Aceh, saya rasa itu tidak benar, Sebut Gumarni.
“Seharusnya kalau belajar ilmu Agama berguru kalau berpolitik bersekolah jangan meniru-niru orang yang berpolitik kotor untuk tercapai kepentingan selalu dan bisa menyudutkan orang lain. Harusnya kita berpolitik jaman globalisasi sekarang mempromosikan programnya pada masyarakat bukan mempromosikan Haox atau isu isu propokatif yang dapat memecah belah persatuan bangsa ini dari Sabang sampai Merauke.
Dalam hal yang terjadi selama ini Masyarat Indonesia Umumnya Khususnya Masyarakat Aceh sekarang sudah mulai pandai membaca informasi media, semakin banyak mejelekkan orang lain dengan mengangkat isu propokatif semakin berpeluang besar kepercayaan Masyaraka berkurang pada Calek Eksekutif dan Legislatif menjelang pilkada 2019 nanti,” tutup Gumarni.(A79)