Lanjutan program sekolah kebangsaan yang digagas Pemkot Surabaya dalam rangka menyambut Hari Pahlawan dijadikan ajang curhat oleh para pelajar. Dalam sesi tanya-jawab, sejumlah siswa mengajukan pertanyaan kritis, mulai dari pelimpahan wewenang SMA/SMK dari pemkot ke pemprov hingga problem Pilkada DKI Jakarta yang sekarang tengah panas.
“Bu wali kota, saya dengar SMA/SMK kan sebentar lagi sudah tidak lagi dikelola oleh pemkot. Sehingga, ada kemungkinan setelah ini mereka yang bersekolah di SMA/SMK akan ditarik uang SPP. Jika demikian, bagaimana dengan teman-teman saya yang kurang mampu?”, tanya salah seorang siswi.
Menganggapi pertanyaan ini, Wali Kota Tri Rismaharini menyatakan bahwa pemkot telah berjuang maksimal agar SMA/SMK di Surabaya tetap gratis. Bahkan, pemkot telah memperjuangkan hal itu hingga ke Mahkamah Konstitusi (MK). “Tapi, aturannya ngga boleh nak. Kita sudah berjuang. Ya, sekarang mari kita berdoa agar teman-teman yang kurang mampu diberi kesanggupan untuk membayar,” kata Risma -sapaan Tri Rismaharini- saat menjadi pembicara dalam sekolah kebangsaan di Taman Jayengrono, Rabu (2/11).
Pertanyaan kritis lainnya datang dari siswa sekolah dasar. Siswa tersebut menanyakan tensi Pilkada DKI Jakarta yang dinamikanya bahkan berujung pada rencana demonstrasi besar-besaran. Terkait pertanyaan itu, Risma enggan berkomentar panjang lebar.
“Kalau soal itu, saya tidak mau berkomentar. Tetapi yang mau saya sampaikan kepada anak-anakku semua adalah begitu negara kita merdeka, kita semua adalah satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Oleh karenanya, mari kita saling menghormati satu sama lain. Kita pererat persatuan. Tidak boleh ada satu orang yang merasa paling benar. Kita harus menghargai orang lain,” urai wali kota yang baru mendapat penghargaan alumni terbaik IHS dari Belanda ini.
Pada sekolah kebangsaan itu, para veteran juga dihadirkan untuk menceritakan peristiwa perjuangan kepada ratusan pelajar dari sejumlah sekolah, mulai SD, SMP hingga SMA/SMK. Menurut Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya, Hartoyik, program sekolah kebangsaan ini sangat penting karena dapat memberikan gambaran kepada para siswa kalau para pejuang merebut kemerdekaan dengan berkorban jiwa dan raga.
Dia berharap, para pelajar Surabaya dapat mewarisi jiwa semangat juang para pahlawan karena ke depan, generasi muda Surabaya akan menjadi tumpuan bangsa. “Saya titip harapan kepada para pelajar Surabaya sekarang ini semoga negara ini bisa lebih indah, makmur dan bersatu padu,” ujar pria kelahiran 1929 silam.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya, Wiwiek Widayati menyatakan, sekolah kebangsaan adalah program tahunan yang digelar khusus memperingati Hari Pahlawan.
Rangkaian program sekolah kebangsaan diawali pada 1 November lalu di SMA Katolik St. Louis dan hari ini (2/11) di Taman Jayengrono. Agenda sekolah kebangsaan berikutnya akan dilaksanakan di SMA Santa Maria pada 3 November, Sekolah Don Bosco pada 4 November, Kantor PCNU pada 7 November dan Rumah HOS Tjokroaminoto pada 8 November.