JAKARTA – Menghadapi pandemi, pertarungan sebenarnya berada di lapangan. Penanganan COVID-19 tidak berfokus pada pengobatan tetapi berprinsi pada deteksi sedini mungkin.
Direktur RS Universitas Andalas Andani Eka Putra mengatakan bahwa pertarungan di lapangan atau jalan ini melibatkan semua orang, sedangkan pertarungan di rumah sakit hanya bisa dilakukan oleh para tenaga medis.
“Pertarungan saat ini seharusnya terjadi di lapangan, tidak hanya di rumah sakit. Kalau pertarungan gagal di lapangan, pertarungan itu berlanjut di rumah sakit,” ujar dr. Andani yang juga Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas pada kanal Youtube yang diunggah pada 5 Mei lalu.
Andani yang bergelar doktor menjelaskan bahwa pertarungan di lapangan itu upaya untuk mengidentifikasi sebanyak-banyaknya orang yang berpotensi sebagai penular. Mereka tidak hanya orang tanpa gejala (OTG) tetapi juga orang dalam pemantauan (ODP) atau orang-orang yang baru pulang dari bepergian atau perjalanan.
“Kelompok orang-orang ini yang harus kita cari dan identifikasi,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa apabila dari kelompok ini positif, mereka harus diisolasi atau karantina. Ini prinsip dalam penanganan pandemi COVID-19 ini. Upaya di lapangan yaitu untuk mencari, mengidentifikasi dan mengisolasi sehingga mata rantai penularan putus.
Dalam melakukan pertarungan di lapangan, pihaknya melakukan pendekatan _pool test_. Metode yang pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada 1943 ini sebenarnya digunakan untuk mendeteksi wabah sipilis.
“_Pool test_ ini bukan metode riset. _Pool test_ ini tidak perlu sampel. Harapan dari _pool test_ itu mencari bukan menghitung berapa prevalensi atau berapa proporsi,” katanya.
Namun kelemahan pada metode ini apabila digunakan pada populasi penduduk dengan banyaknya orang yang terdiagnosa positif. Metode ini menggunakan teknik untuk merunut dan mencari ke belakang. Menurutnya, _pool tes_ digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu dimana tingkat infeksi pada populasi itu tidak terlalu tinggi.
“_Pool test_ dilakukan untuk menghemat tenaga, menghemat waktu, dan menghemat biaya pada populasi yang tidak banyak terinfeksi,” jelasnya.
Andani menceritakan ketika melakukan tes di beberapa kabupaten dan kota yang masih nol kasus positif COVID-10. Ia berkata, “artinya di daerah tersebut tidak ada laporan Covid positifnya. Kita lakukan _pool test_ di sana dan hasilnya cukup bagus. Dimana Kabupaten Solok Selatan menghasilkan gambar yang baik, masih positif 1 banding 25.”
“Kenapa cukup optimis dengan perbandingan 1 banding 25, karena kita pernah melakukan di laboratorium 1 sampel positif dan dicampur sampel 31 negatif, hasilnya masih terdeteksi positif. Ini menggambarkan sampel 1/32 dan 1/64 angkanya masih terdeteksi positif,” lanjut Andani.
*Cara Kerja _Pool Test_*
Andani mencontohkan untuk pengujian sampai 1.000 sampel dengan pola 55. Metode ini mampu untuk memeriksa sampel dengan cepat.
Ke-1.000 sampel tersebut dibagi ke dalam 5 tabung. Setelah pengelompokan pertama, setiap 5 tabung disatukan ke dalam 1 tabung baru. Dari setiap pengelompokkan tabung baru itu, disatukan kembali ke dalam satu tabung baru lainnya dan seterusnya.
Jadi terdapat 5 kelompok tabung yang diberi nama Pool (P) 1, P2, P3, P4 dan P5. Pada P1 terdapat 200 tabung (dari 1.000 sampel yang dibagi ke dalam 5 tabung pada tahap pertama), P2 ada 40 tabung, P3 ada 8 tabung, P4 ada 2 tabung dan P5 tinggal 1 tabung.
“Ini menunjukkan bahwa P5 itu sama dengan 1 banding 1.000, P4 sama dengan 1 banding 500 dan seterusnya,” ujar Andani.
Ia mengatakan bahwa di laboratorium yang dikelola olehnya saat ini baru mampu melakukan _pool test_ dengan perbandingan 1: 32 dan 1: 64.
Biasanya dalam suatu penelitian dengan sampel 1.000 diambil antara P3 hingga P5, atau sama dengan 11 sampel. Apabila terindikasi positif, sampel dirunut ke P2 atau di atasnya hingga sampai pada pengelompokan awal 5 tabung tadi.
Andani kembali menekan bahwa dalam percepatan penanganan COVID-19 terletak pada upaya identifikasi dini, isolasi maupun jaga jarak.
Sementara itu, berdasarkan data Litbangkes Kementerian Kesehatan pada rekapitulasi pemeriksaan laboratorium per 30 Mei 2020 mencatat RS Universitas Andalas pada angka tertinggi, yakni 9.631 yang terhitung pada periode 18 – 30 Mei 2020. Rata-rata pengujian sampel per hari mencapai 803.