KUPANG, beritalima.com – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Timur, Naek Tigor Sinaga mengatakan, pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara tahun 2016 meningkat menjadi sebesar 5,18 persen, dibandingkan tahun 2015 sebesar 5,03 persen.
Kemudian dilihat dari pertumbuhan NTT, selama tiga tahun (2014 – 2016), NTT lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Tigor Sinaga menyampaikan hal itu pada acara Press Conference “ Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi NTT,” pada triwulan IV tahun 2016 di Kupang, Kamis (23/3/2017) lalu.“ Selama tahun 2011 hingga 2016, size perekonmian kita secara harga berlaku sudah mencapai angka 5 persen lebih, yaitu dari 48,82 triliun rupiah hingga mencapai angka 84,17 triliun rupiah.
Ini merupakan suatu yang positif karena pertumbuhan NTT selama 5 tahun terakhir di angka yang merah, itu relatif masih di atas 5 persen. Kalau kita melihat pertumbuhan dengan harga konstan”, jelas Tigor.
Tigor yang saat itu didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI NTT, Muhammad Syahrial mengatakan, kombinasi antara peningkatan harga dengan penambahan kuantitas itu yang mengakibatkan perekonomia NTT tumbuh sebesar 48,82 triliun rupiah pada tahun 2011 menjadi 84,17 triliun rupaih di tahun 2016.
Jika dibandingkan size perekonomian NTT dengan Bali, NTB maupun Sulawesi Selatan itu menunjukkan angka masih relatif rendah, yakni 84,2 triliunrupiah.
Namun perlu diingat bahwa perekonomian NTT yakni 84,2 triliun rupiah didominasi oleh sektor – sektor yang bukan pertambangan.“ Sebagai contoh misalnya perekonomian NTB dan Papua yakni nilainya 116,2 trliun rupiah.
Namun kalau kita mengeyampingkan sektor pertambangan angkanya hanya 91 triliun rupiah dari Papua 178 triliun itu 115 triliun rupiah”, kata Tigor menambahkan.
Ia mengakui, jika pertumbuhan ekonomi NTT tahun 2016 itu relatif masih lebih rendah dibanding dengan Bali, NTB maupun Papua. Sebagaimana diketahui bahwa NTB dan Papua, katanya, mengalami peningkatan karena adanya
perbaikan dari harga – harga komuditas dan juga adanya realisasi dilarangnya ekspor bahan mentah, namun jika dibandingkan dengan Papua Barat, NTT lebihtinggi.
Dari sisi penawaran maupun permintaan, perekonomian NTT memang masih didominasi sekitar 27 persen pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. “ Ini yang memang menjadi titik berat kita untuk mendorong perekonomian di NTT.
Untuk itu, sektor – sektor utama ini harus digenjot”, ujarnya.Selain itu, katanya, jasa konstruksi dan perdagangan besar dan eceran memegang peranan yang cukup besar untuk perekonomian NTT selain administrasi pemerintahan.
Kemudian yang menggembirakan lagi adalah di sektor penyediaan akomodasi dan makanan. Menurutnya, sektor ini erat terkait dengan maraknya pembangunan hotel – hotel dan restaurant.
Di mana menunjukkan pertumbuhan tertinggi kedua dibandingkan dengan pertumbuhan pengadaan listrik dan gas di mana rata – rata di atas 7 persen selama 4 tahun terakhir.Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi didorong kegiatan proyek, yaitu pembangunan Bendungan Raknamo, PLBN Mota’ain, Motamasin dan Wini daninfrastruktur pendukung akses di Mota’ain dan Motamasin serta investasi komunikasi, listrik dan pariwisata.Yang kemudian didukung peningkatan daya beli masyarakat seiring peningkatanproduksi sektor pertanian dan perkebunan, peningkatan kegiatan proyek dan pendapatan gaji ke-13 serta 14 PNS. Menurut Tigor, perlambatan lebih disebabkan oleh penurunan produksi di awal tahun karena anomali cuaca (La Nina) namun masih dapat ditahan dengan peningkatan pengiriman sapi.
Pada triwulan IV, pertumbuhan pertanian didukung oleh panen komoditas seperti padi serta komoditas perkebunan (jambu mete, kakao dan kopra) Selanjutnya dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga 6,80% (yoy) menjadi pendorong utama tahun 2016, terutama dari sub komponen konsumsi hotel dan restoran. Selain itu didukung tambahan gaji ke-13 dan 14 PNS.
Investasi tahun 2016 cenderung melambat seiring dengan selesainya program investasi strategis pemerintah pusat. Dari swasta dan BUMN, terdapat investasi pembangunan pembangkit & jaringan listrik, BTS, hotel & perbelanjaan. (L. Ng. Mbuhang)