KUPANG, beritalima.com – Sebanyak 27 peserta Australian Awards (Beasiswa Australia) melakukan studi lapangan Kebun Pusat Pembibitan dan Pengembangan Ubi Ungu milik senator Ibrahim Medah, Rabu (23/11/2016).
Peserta Australian Award tersebut berasal dari tujuh provinsi yaitu Papua, Papua Barat, NTT, NTB, Jawa Timur, Maluku dan Maluku Utara dipimpin oleh Prof. Gunnar Krichoff dan Prof. Malcom Wegner dari Univesity of Queensland.
Di lokasi itu para peserta belajar tentang sistim pengolahan lahan kering dan sistim irigasi tetes.
Guru Besar Univesity of Queensland, Prof Gunnar Krichoff mengaku kagum dengan pola pertanian modern yang diterapkan di Kebun Pusat Pembibitan Ubi Ungu meskipun dengan kondisi lahan yang berbatu dan kekurangan air.
“Kami kagum dengan usaha yang dilakukan karena nilai investasinya besar apalagi dengan dana sendiri,” ujarnya kepada wartawan.
Ia menyampaikan terima kasih karena diberi kesempatan melakukan studi lapangan di lokasi tersebut.
“Kami sangat tertarik karena bisa belajar di lokasi ini yang memang belum pernah ada di tempat lain di NTT,” katanya.
Menuruntya Australia Awards memberikan kesempatan kepada para calon pemimpin global dari generasi masa depan untuk belajar, melakukan riset dan pengembangan profesional di Australia.
Australia Awards Indonesia ini didukung lima grup yang sangat manfaat bagi alumni antara lain pengetahuan, sikap dan ketrampilannya untuk melakukan perubahan di bidang profesional dan komunitasnya.
”Studi ini bertujuan untuk meningkatkan penciptaan lingkungan yang mendukung dan manajemen bagi pertanian lahan kering yang berkelanjutan ditujuh provinsi sasaran tersebut,” ujarnya.
Short Term Awards Manager Vina Andriani mengatakan studi akan berlangsung selama empat minggu di Australia.
“Sebuah workshop pra-studi selama tiga hari akan dilakukan di Kupang dan sebuah workshop reintegrasi (paska-studi) akan dilakukan di masing-masing provinsi sasaran selama 2 hari. Mengenai waktu lanjutan studi singkat akan ditentukan melalui konsultasi dengan Departemen Luar Negri dan Perdagangan Australia (DFAT) dan lembaga penyelenggara studi yang akan dipilih melalui sebuah proses tender terbuka,” katanya.
Pendiri Iban Medah Foundation Ibrahim Agustinus Medah mengaku sangat senang karena mendapat kehormatan lokasi ubi unggu miliknya dijadikan sebagai lokasi studi lapangan.
“Saya membangun kebun ini untuk memberikan motivasi kepada pemerintah Daerah dan masyarakat petani di NTT bahwa meskipun dengan kondisi cuaca yang kering para petani bisa berproduksi,” kata Mdah.
Kondisi lahan di daratan Timor dan NTT umumnya sama persis dan persoalan utama pertanian adalah air dan pengolahan lahan. Karena itu, kebun ubi unggu ini untuk membuktikan kepada petani bahwa seperti ini pun, kita bisa maju dan sejahtera hanay dengan mengandalkan pertanian.
Mantan Bupati Kupang dua periode itu menjelaskan, sekitar 71% penduduk NTT hidup dari sektor pertanian. Oleh karena itu kebijakan pemerintah harus lebih berpihak kepada mayaoritas masyarakat yaitu pertanian. Pemerintah harus bisa memfasilitasi masyarakat membuat air dimana-mana dengan cara membangun embung dan waduk di seluruh desa bahkan sampai ke dusun-dusun.
Selain itu, pemerintah juga harus bisa membantu masyarakat dengan membeli alt berat untuk mengolah lahan pertanian masyarakat karena jika hanya mengandalkan tenaga manual maka luas lahan yang diolah masyarakat sangat terbatas.
“Semua itu bisa dilakukan dengan cara sederhana tanpa mengharapkan dana dari APBN yaitu setiap kabupaten dan kota se-NTT menyisihkan lima persen dana APBDnya setiap tahun untuk membeli alat berat yang setiap hari bekerja mengolah lahan pertanian,” ujarnya. (Laurens/Ang)