Peserta Nikah Massal Kemenag RI Putuskan Menikah di Usia Senja, Awalnya dari Dangdutan

  • Whatsapp

Jakarta | beritalima.com — Tidak ada Negara lain yang melaksanakan nikah Massal bagi golongan yang tidak mampu. Sedikitnya 100 juta pasangan pengantin dalam Nikah Fest yang diselenggarakan Direktorat ajenderal Bimbingan Islam Kementerian Agama dengan mengambil tajuk, Cinta Dalam Ridha Ilahi”.

Demikian hal itu diucapkan Menteri Agama RI, Nasarudin Umar saat Nikah Fest yang dilaksanakan, di halaman utama Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (4/9/2025).

“Sebanyak 100 pasangan mengikuti prosesi akad nikah. Seluruh kebutuhan pernikahan ditanggung pemerintah, termasuk mahar, penginapan satu malam di hotel, serta bantuan modal usaha sebesar Rp2 juta per keluarga,” ujar Menteri yang didampingi Dirjen Bimas Islam dan jajarannya.

Nikah Fest yang juga rangkaian Blissful Mawlid Kemenag RI,enteri bersama Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad menyaksikan langsung akad nikah yang dibacakan oleh para penghulu. Bahkan dalam nikah fest tersebut ada pernikahan usia senja bernama Bunyamin (63 th) dengan Trihayati (58 th). Ironisnya pernikahan senja itu berawal dari dangdutan.

“Cinta sering kali hadir tanpa rencana. Kadang ia datang tiba-tiba, singkat, namun mampu mengubah arah hidup seseorang,” ucapan yang dirilis Humas Bimas Islam Kemenag RI.

Bahkan di tengah kebahagiaan ratusan pengantin yang didominasi generasi muda, pasangan ini memberi pesan sederhana: cinta sejati bukan soal lamanya waktu mengenal, namun tentang keberanian untuk melangkah dan percaya.

Pertemuan mereka terbilang singkat, hanya sepekan sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Semua bermula dari sebuah acara dangdutan di Jakarta pada Juli lalu. Di tengah riuh musik, seorang teman memperkenalkan Bunyamin kepada Trihayati.

Bunyamin, duda asal Duren Tiga, Jakarta Selatan, sudah lama menjalani hidup sendiri. Ia memiliki dua orang anak yang kini beranjak dewasa. Rambutnya memutih, tubuhnya tak lagi segagah dulu, namun hatinya tetap menyimpan kerinduan akan pendamping.

Sementara itu, Trihayati, janda asal Tanah Abang, Jakarta Pusat, menyambut perkenalan itu dengan hati terbuka. Meski hampir enam dekade menjalani kehidupan, ia masih percaya cinta bisa datang kapan saja.

Sepekan setelah berkenalan, Trihayati memberanikan diri untuk menanyakan keseriusan. Ia tidak ingin hanya bermain-main dengan waktu. “Kalau memang serius, mari kita nikah saja,” ucapnya tanpa ragu saat ditemui wartawan.

Bunyamin terkejut mendengar ajakan itu. Namun, bukannya mundur, ia justru merasa itulah jawaban yang selama ini ia cari. Ia mengangguk pelan, menandai lahirnya komitmen baru di antara mereka.

Tak ada lamaran panjang atau pesta pertunangan. Dalam tempo singkat, keduanya sepakat melangkah menuju pelaminan. Bagi Bunyamin, keputusan cepat itu bukan soal terburu-buru. “Usia saya sudah 63. Yang saya butuhkan sekarang bukan kemewahan, tapi teman hidup, teman salat, teman bicara. Itu saja sudah cukup,” katanya lirih usai ijab kabul.

Trihayati menambahkan, bagi dirinya pernikahan bukan lagi soal pesta besar atau harta benda. “Yang saya cari hanya ketenangan, kasih sayang, dan kebersamaan sampai akhir hayat,” tandasnya.

Jurnalis : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait