Aceh Utara, Beritalima – Akses jalan lintas nasional yang menghubungkan Aceh Utara dengan Takengon dipadati pengunjung, kawasan yang sebelumnya menjadi hutan belantara kini menjadi akses alternatif yang diminati.
Sebagaimana penyampaian masyarakat setempat sebelumnya, bahwa perbukitan terjal itu tidak pernah di jamah pemerintah sebelumnya. “Dulu iya, pemerintah aja tidak pernah melakukan survey atau apapun dikawasan ini. Tapi setelah dibangun jalan akses ini memdadak ramai,” kata Nur Baiti, warga kilometer 29, Nisam Antara, Aceh Utara baru-baru ini.
Ia mengatakan, memasuki liburan lebaran jalan lintas Gayo ini kerap macet, disebabkan antrian pengunjung. Amatan wartawan dikawasan Pucak Salak Aceh tersebut pada awal lebaran, mengamati minat pengunjung, Puncak Salak Aceh tersebut merupakan salah satu objek pengunjung.
Warga mennyebutkan, tujuan utama mereka adalah mengunjungi tempat tersebut. Leretan panjang kenderaan roda dua juga roda empat mensasaki ruas jalan yang dibangun oleh pemerintah sekitar setahun yang lalu itu. Antrian memanjang terjadi ditempat-tempat tertentu karena padatnya pengunjung, seperti yang terjadi di Puncak Salak Aceh.
“Kami rela berjam-jam menempuh perjalanan. Tujuan kami mengunjungi Puncak Gunung Salak Aceh,” kata Bahri, wisatawan lokal.
Kepadatan pengguna jalan tersebut dari pagi hingga tengah malam, pandangan ekstrim kawah pengunungan setempat, kandas dengan pandangan indah hutan setempat.
Mencapai puncak gunung Salak Aceh itu, suasana seketika berubah, dimana kulit terasa segar seketika disentuh sentuhan lembut udara sejuk pengunungan, fikiran juga menjadi lebih lega. Kebanyakan pengunjung berasumsi, kawasan tersebut sangat cocok untuk melepaskan rasa stres.
Kawasan itu tidak hanya ramai karena pengunjungnya, saat ini bangunan demi bangunan, seperti Cafe dan jenis tempat jualan lainnya sedang didirikan sepanjang jalan lintas yang bersangkutan. Demikian juga, pertanian masyarakat menjadi hidup. Beberapa daerah terdapat beragam tanaman ditanami oleh petani, seperti tanaman Kopi, Nanas, Cabai dan tanaman-tanaman muda lainnya.
Efendi Noerdin