Pesta Inklusif Konekin 2025 Ajak UMKM Disabilitas Cerdas Kelola Keuangan

  • Whatsapp
Pesta inklusif Konekin 2025 ajak UMKM disabilitas cerdas kelola keuangan (foto: PLN)

Jakarta, beritalima.com| – Meriahkan Hari Disabilitas Internasional, ada Pesta Inklusif Konekin 2025 di Melting Pop, M Bloc Space, Jakarta (4/12). Kemeriahan acara ini dengan menghadirkan panggung dengan pesan penting, inklusi finansial berjalan masih lamban, penuh janji namun belum sepenuhnya ditepati.

Dalam acara ini, ada perwakilan dari Otoritas Jasa Keuangan atau OJK hadir dengan komitmen, melalui suara Rachmi Mustika, yang menyatakan sistem lembaga keuangan harus ramah difabel. Namun, di balik kata-kata itu, realitas tetap keras: UMKM difabel masih terhalang oleh legalitas usaha yang lemah, laporan keuangan jarang ada dan literasi finansial masih minim.

Lembaga seperti Bank dan sarana pembiayaan lainnya tetap menutup pintu, seolah inklusi hanya berhenti di seminar dan slogan. Di sisi lain, Maria Goretti, difabel fisik sekaligus pemilik UMKM Ego Amote menunjukkan, disiplin finansial bisa dimulai dari hal sederhana. Seperti setiap pemasukan harus diprioritaskan untuk bahan baku, baru sisanya untuk kebutuhan pribadi.

Pesan ini memang sederhana, namun justru disitulah terletak sebuah kekuatan. Yaitu inklusi bukan teori, melainkan praktik sehari-hari.

Suara lainnya datang dari Irzaliatu, Certified Financial Planner Prudential Indonesia. Ia menawarkan formula praktis: 40% untuk kebutuhan wajib, 30% untuk cicilan, 10% untuk dana sosial, dan 20% untuk dana darurat serta investasi. Ia menekankan, peran UMKM harus memiliki dana darurat setara 3–6 kali modal awal. Pesan ini mengena. Tanpa dana darurat, usaha akan rapuh di hadapan risiko.

Sebagai difabel netra, saya melihat acara ini sebagai cermin perjuangan. Inklusi sejati bukan sekadar jargon lembaga, melainkan keberanian membuka pintu yang selama ini terkunci.  UMKM disabilitas bukan objek belas kasihan, melainkan subjek ekonomi yang berhak tumbuh. Mereka adalah bukti bahwa keterbatasan fisik tidak pernah membatasi daya cipta dan daya juang.

Namun, saya juga ingin berharap dan berpendapat. Selama lembaga keuangan masih menilai difabel dengan kacamata keraguan, maka inklusi hanya akan menjadi pesta sesaat. Yang dibutuhkan bukan sekadar talkshow, melainkan kebijakan yang konsisten, akses modal yang nyata, dan keberanian untuk mengubah paradigma.

Pesta Inklusif Konekin 2025 memberi harapan, tetapi harapan itu harus dijaga agar tidak layu. Inklusi bukan slogan, melainkan tindakan. Jika pintu modal terbuka, jika kebijakan benar-benar berpihak, maka UMKM disabilitas akan berdiri di tengah panggung ekonomi bangsa—bukan di pinggiran, melainkan sebagai aktor utama.

Jurnalis: Abdul Hadi (Difabel Netra)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait