Citizen Reporter
Laporan: Wahyu Munandar
Mahasiswa Komunikasi UMI Makassar
Melaporkan dari Kolaka Utara
KOLAKA UTARA. Para petani di wilayah Kolaka Utara pada beberapa tahun terakhir ini gencar dan bersemangat membudidayakan tanaman nilam penghasil minyak atsiri.
Walau nilam bukan tanaman asli Kolaka Utara, tetapi kondisi lahan cocok dengan tanaman ini sehingga petani banyak yang lebih fokus membudidayakan nilam dibanding dengan tanaman coklat dan cengkeh.
Faktor lain yang menjadi daya tarik dari tanaman ini, adalah harga jual dari penyulingan tanaman nilam menjadi minyak atsiri yang cukup tinggi harga saat ini sekitar Rp 500.000, per kg.
Saat ini petani nilam dan lahan budidaya tanaman ini menyebar hampir di semua pelosok desa Kolaka Utara dengan luas areal yang dikelola petani bermacam macam luasannya.
Sepasang suami isteri Rusli (52) dan Sina (42) memilih jadi petani nilam dengan lokasi kebun tanaman nilam di Dusun III Balosi, Desa Ponggiha Kecamatan Lasusua Kolaka Utara
Suami isteri ini sejak tahun 2019, aktif dalam mengelola tanaman nilam. Selain karena nilai jual tinggi, proses pengelolaan yang tidak begitu sulit, dan merosotnya harga cengkeh, jadi alasan mereka beralih ke tanaman atsiri nomor satu di Indonesia ini.
Pasangan ini mengelola empat lokasi lahan tanaman nilam dengan total areal lahan seluas dua hektare. Lahan itu berlokasi dua di antaranya di daerah gunung dan dua lainnya di sekitar perkampungan tidak jauh dari kediamannya.
Kebun nilam di sekitar pemukiman penduduk tepatnya berlokasi di belakang SDN 14 Lasusua, Dusun III Balosi, Desa Ponggiha, Kecamatan Lasusua Kabupaten Kolaka Utara, Sultra. Lokasi kebun di pegunungan tepatnya di Buhung Lendong, Dusun III Balosi, Desa Ponggiha, Kecamatan Lasusua.
Pengalaman Petani
Kepada media Rusli (52) didampingi isterinya Sina, Ahad (19/6/2021) menjelaskan proses penanaman nilam. Pertama adalah menyiapkan bibit diambil dengan cara menggunting pucuk nilam yang sudah berproduksi dan telah berusia sekitar 4-6 bulan, panjang bibit sekitar 20-25 sentimeter.
Bibit itu dibersihkan dari beberapa daun yang tidak diperlukan. Dan jika tidak ingin menanam langsung, sebaiknya bibit disimpan di tempat lembab seperti kamar mandi.
Penanaman katanya sebaiknya dilakukan di musim hujan. Karena pada saat itu, kondisi tanah lebih mudah untuk di cangkul dan tidak perlu lagi melakukan penyiraman pada bibit yang telah ditanam. Ini juga salah satu cara meminimalisir kegagalan dalam pertumbuhan bibit, tegasnya.
Bibit yang sudah ditanam itu harus ditutup dengan tempat gelas minuman bekas dan jangan menggunakan penutup transparan, agar bibit tidak layu dan mati, ungkapnya
Setelah selesai penanaman, bibit dibiarkan tertutup selama dua pekan sebelum dibuka dan mengecek bibit yang ada di dalamnya, terkadang ada beberapa yang membusuk atau gagal tumbuh, dan terpaksa harus diganti.
Menurutnya, hal ini biasa terjadi karena perubahan cuaca dan khusus pada lahan nilam yang berada digunung, gangguan hewan liar seperti babi dan monyet yang dengan sengaja membuka penutup bibit, adalah penyebab lainnya.
Perawatan tanaman pada satu bulan pertama, nilam yang telah tumbuh dipupuk, dengan tujuan menyuburkan tanah dan merangsang pertumbuhan nilam agar lebih cepat.
Pemupukan juga dilakukan satu bulan sebelum masa panen. Menurutnya, hal ini bisa mempengaruhi kualitas dan jumlah minyak yang akan dihasilkan. Selain di awal pertumbuhan, satu bulan sebelum panen itu, nilam juga harus dipupuk supaya minyaknya bisa lebih banyak, tandasnya.
Selain itu, proses panen juga harus diperhatikan dan dilakukan dengan teknik yang benar. Biasanya, tanaman nilam yang sudah siap panen, digunting dengan alat khusus dan jarak guntingan yang tidak boleh terlalu rendah.
Tepatnya, selalu menyisakan batang sekitar 15-20 sentimeter agar tanaman nilam tidak perlu dicabut dan bisa tumbuh kembali. Penggutingan juga dilakukan secara merata agar pertumbuhannya bisa bersamaan dan diameter tanaman bisa lebih lebar dengan batang dan daun yang lebih banyak.
Panen Nilam
Tanaman nilam sebaiknya dipanen ketika sudah berumur 4-6 bulan. Alat pemotonga dibuat khusus, yang terdiri dari bar chainsaw, dan gabungan komponen besi lainnya, dirakit sedemikian rupa agar memudahkan proses pemotongan.
Penggunaannya pun masih cara manual, di mana memerlukan dua orang yang masing-masing bertugas memegang batang nilam yang ingin dipotong, dan satunya lagi berperan untuk menekan alat tersebut.
Setelah dipotong, nilam pun akan dijemur selama tiga hari, dengan cuaca yang mendukung (tidak hujan). Dan jika musim hujan, biasanya memerlukan waktu hingga satu minggu.
Mengenai hasil, untuk 3 tahun terakhir, Sina dan suaminya telah menjual sekitar 90 kilogram minyak nilam, yang didapat dari puluhan kali proses penyulingan.
Pasangan ini sebagian besar waktu dihabiskan menanam dan merawat nilam. Mereka mengaku sangat bersyukur dengan nilai jual minyak nilam. Walaupun kenyataannya beberapa bulan terakhir, harga menjadi turun dari yang dulunya 650.000 per-kilogram, kini hanya berkisar 500.000 per-kilogramnya. ***