SURABAYA, beritalima.com | Sarana dan pra sarana produksi sektor pertanian, diharapkan mendapatkan perhatian untuk meningkatkan kesejahteran dan produktifitas pertanian yang mengalami penurunan.
Menurut Lia Istifhama, Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jawa Timur, kendati penurunan produksi pertanian di Jawa Timur masih dapat dikendalikan, namun tetap saja harus ada upaya menjaganya agar predikat Jawa Timur sebagai salah satu lumbung pangan nasional tetap terjaga.
“Luas panen padi tahun 2021 itu 1,74 hektar, tahun sebelumnya yaitu 2020, 1,75 hektar. Artinya ada penurunan, meski tidak signifikan,” ujar Ning Lia sapaan akrab Lia Istifhama, Selasa (27/09/2022), dalam dialog interaktif RRI, Lintas Surabaya Pagi, dengan Presty Oktora sebagai Host nya.
Dijelaskannya, dengan luas panen yang mengalami penurunan, maka hal ini juga berdampak pada turunnya produksi gabah kering pada petani.
“Tahun 2020, produksi gabah kering giling petani Jatim mencapai 9,94 ton. Tahun 2021, produksinya turun menjadi 9,78 ton, ini harus menjadi perhatian kita bersama,” terangnya.
Aktivis asal Surabaya tersebut juga menjelaskan bahwa Perempuan Tani HKTI Jawa Timur saat ini telah bersinergi dengan BPR UMKM Jawa Timur dalam rangka mensosialisasikan KUR Tani serta bantuan modal bagi pelaku UMKM yang notabene mengolah hasil pertanian lokal.
“Saat ini kami sudah turun di berbagai Kabupaten Kota untuk mensosialisasikan pinjaman dengan bunga ringan, yaitu hanya 3 % per tahun, sebagai bentuk subsidi dari Pemprov Jatim (Gubernur Khofifah),” tambahnya.
Doktoral Ekonomi Islam UINSA tersebut juga menambahkan pesan agar para petani tidak terjebak pinjaman pada rentenir yang membuat mereka terjepit dan kehilangan sawahnya akibat salah memilih debitur saat membutuhkan dana dalam memenuhi biaya saprodi (sarana produksi) hingga masa panen.
“Pinjaman lunak bagi petani, sebenarnya telah disediakan oleh pemerintah. Termasuk asuransi dalam Bertani. Namun, apakah itu semua sudah tersosialisasikan dengan baik? Maka inilah yang menjadi atensi penting, bahwa segala kebijakan atau program yang memberikan kemudahan untuk petani, selayaknya tersosialisasi secara baik sehingga petani dapat mengaksesnya.”
Sedangkan, menurutnya, peran masyarakat, terutama kaum perempuan, harus memiliki sikap pereferensi dalam berkonsumsi atau pilihan berkonsumsi adalah pada produk pertanian lokal.
Sementara itu Hasan Basri, Ketua Kelompok Tani (Gapoktan) Tretan Tani, Tlogosari, Bondowoso mengatakan, kesejahteraan petani saat ini perlu mendapatkan intervensi dari pemerintah dengan cara peningkatan sarana dan pra sarana produksi sektor pertanian.
“Agar kesejehateraan petani merata, penyediaan saprodi dan inovasi harus terus dilakukan,” harapnya.
Terkait keinginan Hasan ini, seperti kita ketahui, pemerintah sudah membangun infrastruktur pertanian seperti bendungan, embung, dan jaringan irigasi di seluruh Tanah Air, pendampingan dalam pemanfaatan teknologi serta membuka akses permodalan. (red)