GRESIK, beritalima.com – Program Tawangargo Smart-Eco Farming Village atau dikenal dengan TAMENG terus membuktikan diri sebagai solusi pertanian hortikultura dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Berawal dari desa hortikultura biasa, kini TAMENG menjelma menjadi Living Lab berbasis masyarakat sebagai Model Kolaborasi Inklusif dalam inovasi berkelanjutan, yang digagas oleh petani binaan Petrokimia Gresik di Kabupaten Malang.
“Living Lab ini digerakkan langsung oleh masyarakat. Di sini kami sebagai petani bukan hanya menjadi objek, tapi bertindak sebagai subjek yang melakukan penelitian dan uji coba nyata untuk pertanian berkelanjutan,” ujar Karmukit, salah satu local hero program TAMENG, di Malang, Kamis (9/10/2025).
Sebagai Living Lab, lanjutnya, TAMENG kini menjadi wadah bagi petani, peneliti, mahasiswa, hingga komunitas untuk bersama-sama menghadirkan solusi bagi pertanian masa depan. “Di sini ide-ide diuji, teknologi sederhana diterapkan, dan inovasi lahir dari upaya bersama untuk membuat perubahan,” tambahnya.
Program ini dimulai pada tahun 2022 dengan melibatkan 35 petani yang tergabung dalam kelompok Agronova Vision. Dengan dukungan Petrokimia Gresik, TAMENG mendorong petani menerapkan teknik Climate Smart Agriculture, yaitu pertanian cerdas iklim yang tidak hanya menjaga keberlanjutan lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatan petani.
“Banyak sekali transformasi yang kami lakukan. Alhamdulilah TAMENG sekarang berkembang menjadi research center berbasis komunitas dari yang awalnya hanya desa hortikultura biasa. Pertanian dan peternakan di wilayah ini sekarang terintegrasi dengan wisata edukasi pertanian. TAMENG membuktikan bahwa desa bisa menjadi pusat inovasi. TAMENG menjadi inspirasi bahwa masa depan pertanian Indonesia bisa dimulai dari desa,” ujar Karmukit.
Kini TAMENG bertransformasi menjadi pusat hortikultura modern dan ramah lingkungan. Teknologi solar cell dimanfaatkan untuk menggerakkan berbagai alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti pompa air, water drip, dan sprinkle. Selain itu, TAMENG juga memiliki rumah pengolahan limbah yang dikelola secara mandiri oleh petani. Limbah organik dari sisa panen sayur diolah menjadi plant booster (POC), agensia hayati, dan pakan ternak. Sementara limbah sayur yang masih layak konsumsi dimanfaatkan oleh istri petani menjadi produk olahan seperti mi sayur, keripik sayur, dodol sayur, dan berbagai produk lain yang dijual di warung hasil panen TAMENG.
“Khusus limbah anorganik dikelola langsung oleh Bank Sampah dan dijual kepada pengepul. Kami juga memilah limbah B3 untuk dipisahkan agar tidak berbahaya,” tutur Karmukit.
Untuk memperkuat pendapatan, kelompok petani TAMENG juga mengembangkan lini usaha peternakan domba, budidaya ikan dan azolla, serta budidaya cacing tanah yang menghasilkan pupuk kascing dan pakan ikan. Sistem ini sekaligus mampu menyerap limbah pertanian agar tidak mencemari lingkungan.
Selain itu, para petani binaan juga membangun kawasan agrowisata sebagai sarana edukasi dan rekreasi bagi masyarakat luas. Wisatawan dapat merasakan pengalaman langsung memetik sayur dan buah segar dari kebun, mengikuti pelatihan budidaya hortikultura ramah lingkungan, serta mengenal berbagai produk olahan hasil panen.
Kesuksesan TAMENG mendapat perhatian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, yang menetapkannya sebagai bagian dari program Closed Loop, yakni kolaborasi multi-stakeholder dalam penguatan rantai pasok pertanian. Dalam pelaksanaannya, TAMENG menggandeng BUMDes Sumber Rejeki sebagai kios produk pertanian guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Produk Agronova Vision seperti plant booster dan agensia hayati juga dipasarkan melalui kios BUMDes tersebut.
“Living Lab ini menjadikan TAMENG sebagai ekosistem pertanian hortikultura dari hulu hingga hilir yang mampu meningkatkan kemandirian petani, serta mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional,” tegas Karmukit.
Ia pun menyampaikan apresiasi kepada Petrokimia Gresik atas dukungan dan pendampingan sejak awal berdirinya program. “Berkat dukungan dan pendampingan ini, TAMENG tidak hanya menjadi solusi pertanian hortikultura yang selalu dihadapkan pada problem perubahan iklim, tapi memiliki peran lebih besar lagi dalam mendukung kemajuan pertanian di Tanah Air dan mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional,” pungkasnya.
(Moh Khoiron)

