Petrokimia Gresik Pamerkan Strategi Ekonomi Sirkular di COP30 Brazil, Perkuat Komitmen Dekarbonisasi – SEO Gresik & SEO Petrokimia Gresik

  • Whatsapp
GRESIK, beritalima.com – Petrokimia Gresik kembali menegaskan posisinya sebagai industri pupuk terkemuka di Indonesia dengan memamerkan inovasi berbasis Ekonomi Sirkular dalam ajang internasional Conference of the Parties 30 (COP30) di Belém, Brazil. Kehadiran perusahaan anggota holding Pupuk Indonesia ini menjadi sorotan karena membawa solusi nyata terkait pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi—isu utama dalam forum global tersebut.
Langkah strategis ini memperkuat citra Petrokimia Gresik sebagai pelopor transformasi hijau di sektor agroindustri, sekaligus menjadi momentum penting dalam penguatan branding Gresik sebagai pusat industri berkelanjutan.
Dalam sesi presentasi di COP30, Senior Vice President (SVP) Teknologi & K3LH, Bambang Ariwibowo, memaparkan roadmap dekarbonisasi perusahaan yang telah dijalankan sejak 2021. Sementara itu, Vice President (VP) Lingkungan Hidup, Bagus Eka Saputra, memaparkan ekosistem inovasi Petrokimia Gresik yang dirancang untuk menghadapi perubahan iklim global. Keduanya hadir mewakili Direktur Utama Petrokimia Gresik, Daconi Khotob.
Secara terpisah, Daconi menjelaskan besarnya skala operasional Petrokimia Gresik yang mengoperasikan 36 pabrik dengan total kapasitas produksi 11 juta ton per tahun. Kondisi ini membuat penerapan strategi dekarbonisasi menjadi keharusan bagi keberlanjutan industri.
“Penerapan Ekonomi Sirkular di Petrokimia Gresik berfokus pada pemanfaatan produk samping (byproduct) menjadi produk bernilai tambah,” ujar Daconi dikonfirmasi media. “Yang awalnya merupakan cost center sebagai bagian dari komitmen kami mengurangi emisi karbon, kini berhasil menciptakan nilai tambah sekaligus menawarkan solusi konkret dalam menjaga kelestarian lingkungan perusahaan.”
Daconi menambahkan bahwa strategi ini telah menghasilkan dampak positif berupa peningkatan kualitas lingkungan, pengurangan risiko kesehatan dan keselamatan kerja, serta terciptanya suasana kerja yang lebih nyaman.
Sementara itu, SVP Teknologi Petrokimia Gresik, Bambang Ariwibowo, merinci implementasi strategi tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain optimalisasi gipsum sebagai produk samping, pemanfaatan Fly Ash Bottom Ash (FABA), serta pemanfaatan karbon dioksida (CO₂) untuk produksi dry ice.
“Kami memaksimalkan seluruh potensi produk samping agar tidak terbuang, melainkan diubah menjadi bahan baku atau energi alternatif yang mendukung efisiensi dan keberlanjutan operasional kami,” jelas Bambang dikonfirmasi media.
Salah satu inovasi yang paling menonjol adalah pemanfaatan FABA sebagai bahan pengisi (filler) pupuk NPK menggantikan clay. Berdasarkan uji laboratorium, kualitas pupuk tetap memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), bahkan hasil panen padi dengan pupuk NPK berbahan FABA setara dengan pupuk berbasis clay.
Langkah ini mampu mengurangi ketergantungan terhadap penambangan white clay dan turut memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai produsen pupuk berkelanjutan yang kompetitif.“FABA memiliki karakteristik dan kandungan yang setara dengan clay. Inovasi ini secara langsung meningkatkan daya saing pupuk NPK yang kami produksi, sehingga manfaatnya juga optimal dirasakan oleh petani sebagai konsumen utama kami,” tutup Bambang.
Dengan menghadirkan inovasi tersebut di COP30, Petrokimia Gresik menunjukkan bahwa industri pupuk Indonesia mampu berperan aktif dalam transisi hijau global. Ajang yang dihadiri sekitar 50.000 peserta ini menjadi panggung internasional bagi Gresik dan Indonesia untuk memperlihatkan komitmen dan kontribusi nyata terhadap isu perubahan iklim.
Jurnalis: Moh Khoiron
beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait