Picu Komorbid Kematian Covid-19, Praktisi Kesehatan: Jangan Konsumsi Bubble Tea Saat Pandemi

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Praktisi kesehatan tidak menganjurkan masyarakat mengkonsumsi bubble tea secara berlebihan saat pandemi Covid-19 karena bisa memicu komorbid, penyakit penyerta kematian akibat terpapar virus Corona.

Bubble tea yang berisi boba atau bola-bola tapioka tersebut tidak hanya menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang, tetapi juga menyebabkan resiko terkena penyakit jantung akut dan diabetes mellitus.

Sebab, dampak dari mengkonsumsi minuman boba ini, kadar kalori dan gula di dalam tubuh akan meningkat secara drastis, yang merupakan efek tidak baik bagi jantung

Host Metro l-Care di Metro TV, drg Stephanie Cecillia Munthe dalam acara ‘Ngrumpi Gelora’ yang digelar bidang Perempuan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia akhir pekan ini mengatakan, masyarakat perlu diberikan edukasi terutama ibu-ibu dan anak-anak

“Seharusnya kita lebih aware (sadar, red) mengenai bahaya boba bagi kesehatan, terutama untuk anak-anak. Sebagai praktisi kesehatan, kita kasih tahu resikonya konsumsi boba, jangan terlalu sering-sering,” kata Stephanie.

Dia menilai bubble tea sebagian besar menggunakan bahan sukrosa atau gula sintetis sebagai pemanis, dan tidak baik bagi kesehatan. Selain itu, satu gelas bubble tea diperkirakan mengandung 50 mg gula, padahal jumlah tersebut adalah total kebutuhan gula yang diperlukan tubuh.

“Kebutuhan gula di dalam tubuh kita itu 50 mg, itu sudah dipenuhi oleh boba, padahal glukosa juga terdapat pada makanan-makanan yang kita konsumsi. Bisa kita bayangkan, kalau kita minum boba bisa sampai 3,4 atau 5 gelas dalam sehari, bisa terjadi peningkatan gula dalam tubuh kita.”

None Jakarta 2017 ini menilai, minum bubble tea saat ini sudah menjadi gaya hidup atau lifestyle masyarakat Indonesia, terutama remaja dan anak-anak. Karena kemudahan untuk mendapatkannya, baik dari gerai-gerai online maupun offline.

“Teknologi sekarang memudahkan untuk mendapatkan boba, banyak promo beli satu gratis saja dan harganya murah, dengan uang Rp 10 ribu sudah dapat. Apalagi anak-anak, sekolahnya online, kalau bosan ya jajanannya boba. Boba sudah jadi lifestyle,” kata dia.

Lifestyle itu ternyata menimbulkan permasalahan tersendiri pada saat pandemi Covid-19 saat ini, yakni munculnya peningkatan penyakit diabetes. “Kalau terus-terusan konsumsi boba bisa picu diabetes. Yang menjadi permaslahan juga pada saat pandemi menjadi komorbid, penyakIt penyerta kematian pada Covid-19. Itu dimulai rdari lifestyle sepele dari minum boba,” tandas Stephan

Ditambahkan, boba juga mempercepat karies gigi pada anak-anak. Jika tidak dibersihkan akan menyebabkan gigi berlubang di sana-sini. Boba memicu peningkatan bakteri patogen di rongga mulut yang mempercepat gigi berlubang.

Paling tidak 6 bulan sekali ke dokter gigi, dibersihkan karang-karangnya. Boba meningkatkan bakteri patogen dan membuat gigi cepat berlubang. Resiko gigi berlubang semakin besar, kalau sering minum boba.

Ketua Bidang Perempuan DPN Partai Gelora Indonesia Ratih Sanggarwati mengaku, gembira banyaknya pelaku UMKM yang menjual minuman bubble tea dengan berbagai varian. Ini tentu saja menunjukkan ekonomi masyarakat tumbuh. Namun, pada sisi lain ada dampak negatif yang tidak boleh diabaikan perempuan, tetap harus menyikapi secara bijaksana.

Ditegaskan, minuman bubble tea ternyata tidak hanya digemari anak-anak, juga orang tua. Padahal orang tua seharusnya yang memberikan edukasi kepada anak-anaknya agar tidak sering mengkonsumsi bubble tea, tidak baik untuk kesehatan gigi dan lainnya.

“Boba ini tidak hanya ‘digandrungi’ anak-anak, tapi juga para orang tua. Berdasarkan data grab food pada 2019 saja terjadi peningkatan 8.500 persen merk bubble tea yang ada dibandingkan tahun 2018. Ini tentunya hal positif yang menggemberikan, tapi tetap ada dampak negatif yang perlu diwaspadai,” demikian pungkas Ratih Sanggarwati. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait