Pidie Jaya cetuskan PERBUP Sekolah/Madrasah Aman Bencana

  • Whatsapp

Meureudu: Gempa Pidie Jaya tanggal 7 Desember 2016 lalu, memberikan pelajaran bagi semua kita tentang perlunya suatu mekanisme penanganan dan pengurangan resiko bencana secara sistematis yang melibatkan unsur terkait baik lembaga pemerintah maupun non-pemerintah. Namun, sistematika penanganan bencana dan pengurangan resiko bencanan dimaksud sulit terwujud jika tidak dimulai dengan pemahaman bersama tentang bencana itu sendiri dan cara-cara penanganannya. Pencetusan PERBUP sudah melahirkan draf awal dan dalam 2 hari (29-30 Maret 2017) dilokakaryakan menghadirkan pakar di bidangnya; unsur Hukum Pemerintah Pidie Jaya, Dinas Pendidikan Pidie Jaya, Kantor Kementrian Agama Pidie Jaya, Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Pidie Jaya, Badan Penenggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Jaya, dan unsur lainnya. Kegiatan ini didanai oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) partner of Save the Children yang berkoordinasi penuh dengan Forum Sekolah/Madrasah Aman Bencana (FORSMAB) Pidie Jaya.
Cikal bakal lahirnya gagasan ini adalah ketika Dinas Pendidikan Pidie Jaya, Kantor Kementrian Agama Pidie Jaya bersama Badan Penenggulangan Bencana Daerah Pidie Jaya dan Dinas Sosial Pidie Jaya, yang didukung oleh berbagai lembaga pelaku kemanusiaan baik internasional, nasional maupun lokal telah menggagas lahirnya acuan dasar dalam penanganan bencana dan pengurangan resiko bencanan. Sejumlah lembaga kemanusiaan turut berpartisipasi antara lain; Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) partner of Save the Children, United Nation Children Fund (Unicef), Wahana Visi Indonesia, Plan International dan Forum Sekolah/Madrasah Aman Bencana (FORSMAB) yang merupakan lembaga lokal. Seiring dengan berakhirnya masa tanggap darurat Pidie Jaya, kebanyakan lembaga kemanusiaan sudah berkurang dan hanya beberapa yang masih berkiprah di Pidie Jaya dan salah satunya Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) partner of Save the Children.
Kepala Dinas Pendididikan Pidie Jaya, Saiful, M.Pd dalam sambutannya mengatakan bahwa rasa trauma komunitas sekolah masih sangat kentara hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan ketika dalam sebuah rapat di satu rumah sekolah dan pada saat tersebut terjadi gempa susulan di Pidie Jaya. Salah seorang guru langsung shok dan lari meninggalkan rapat yang sedang berlangsung tanpa menghiraukan peserta rapat lainnya, apalagi siswa-siswi sekolah yang kebingungan dan seharusnya ia bantu bersama guru-guru lainnya. Kondisi ini tidak seharusnya terjadi jika kita punya sebuah pemahaman utuh tentang gempa dan bencana lainnya serta bagaimana cara mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah. Karenanya, Saiful berterima kasih atas dukungan semua pihak untuk kesempurnaan PERBUP ini yang pada hari ini dilokakaryakan. Ia juga berterima kasih kepada Yayasan Sayangi Tunas Cilik yang mendanai kegiatan ini.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementrian Agama Pidie Jaya, Drs. Ilyas Muhammad, MA dalam pemaparannya sekaligus membuka acara secara resmi mengatakan bahwa setelah gempa terjadi, kami sudah mulai memikirkan tentang suatu aturan tertulis untuk menjadikan lembaga pendidikan formal sebagai tempat yang aman bagi semua komunitas pendidikan. Aturan ini juga dapat digunakan oleh komunitas pendidikan nonformal dengan beberapa penyesuaian-penyesuaian. Di berbagai negara berkembang lainnya, seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, India, dan seterusnya, semua level pemerintahan hingga ke kabupaten dan berbagai instansi, rata-rata sudah Standar Operating Procedure (SOP) penanganan gempa dan bencana lainnya. Hal ini mempermudah mereka dalam menangani setiap bencana yang mengancam, ujarnya Ilyas yang baru saja mengikuti pelatihan pendidikan di masa darurat (Education in Emergency-EiE) di Bangkok-Thailand yang difasilitasi oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) Pidie Jaya.
Team Leader Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save the Children yang merupakan penyandang dana kegiatan ini, Dr. Muslem Daud M.Ed, ketika diminta keterangannya mengatakan bahwa gagasan dan lahirnya PERBUP ini merupakan best praktice (praktek baik) dari Pidie Jaya. Kita ingin semua komunitas pendidikan, khususnya anak-anak, merasa aman belajar dan nyaman berada di sekolah dan madrasah. Sementara ketika ditanyakan tentang program apa saja yang akan didukung oleh YSTC, ia mengatakan bahwa YSTC akan mendukung PERBUP ini hingga selesai dan ini adalah menjadi fokus utama. Kamipun sudah melakukan simulasi penanganan keadaan darurat di sejumlah sekolah. Kegiatan terkait yang akan dilakukan adalah pelatihan penanganan pertama pada kecelakaan bagi komunitas (First Aid Training) di 20 sekolah partner di Pidie Jaya’ ujar Daud di sela-sela berlangsungnya lokakarya.
Sementara itu penanggung jawab FORSMAB Pidie Jaya, Mashadi, didampingi oleh Ketuanya, Fajrillah, M.Ed mengatakan bahwa FORSMAB lahir untuk menjembatani kebutuhan lokal khususnya penanganan dan pengurangan resiko bencana. ‘FORSMAB ingin mengabdikan diri untuk sekolah dan madrasah yang aman sehingga anak-anak dapat belajar dengan aman’ ujar Mashadi yang juga hingga saat ini berperan sebagai Distric Coordinator USAID PRIORITAS Pidie dan Pidie Jaya. Sementara Ketua FORSMAB, Fajrillah, M.Ed mengatakan bahwa ke depan, kita ingin semua unsur terkait mendukung pendidikan SMAB ini sehingga ketika terjadi gempa atau bencana lainnya, semua kita khususnya komunitas pendidikan paham apa yang seharusnya dilakukan baik, saat musibah sedang terjadi maupun paska musibah telah berlalu. Hal ini juga berlaku pada anak-anak berkebutuhan khusus. Jika PERBUP ini sudah ditandatangani, kita juga akan melakukan sosialisasi kepada semua pihak sehingga PERBUP ini benar-benar bermanfaat bagi pengurangan resiko bencana khususnya komunitas pendidikan Pidie Jaya, ujar Fajrillah yang juga seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sebagai guru Sekolah Luar Biasa Negeri Pidie Jaya yang juga jebolan University Kebangsaan Malaysia (UKM).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *