SIDOARJO, beritalima.com | Tiga Bakal Calon (Bapaslon) resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Sidoarjo. Mereka adalah Bambang Haryo Soekartono – M. Taufqulbar yang diusung oleh Partai Garindra (7 kursi), Golkar (4 kursi), PKS (4 kursi) Demokrat (2 kursi) dan PPP (1 kursi). Kemudian pasangan kedua Kelana Aprilianto – Dwi Astutik, diusung PDIP (9 kursi) dan PAN (5 kursi). Dan pasangan terakhir Achmad Muhdlor Ali – Subandi, diusung PKB (16 kursi) sedang Partai Nasdem (2 kursi) sebagai pendukung.
Saat ini, ketiga Bapaslon tersebut sudah tancap gas bergerak menyapa masyarakat dari berbagai kelompok untuk mendapatkan simpati dan dukungan.
Pengamat Politik dari Accurate Research and Consulting Indonesia (ARC Indonesia), Baihaki Siraj saat dikonfirmasi terkait dengan ketiga Bapaslon Cabup-cawabup Sidoarjo, sudah seharusnya dengan waktu yang semakin dekat mereka semua harus semakin masif bergerak, dan yang paling efektif adalah dari rumah ke rumah.
Hanya saja, saat ini, karena sudah berpasangan semua, idealnya tidak hanya sekedar mengenal profil para calon, lebih dari itu Visi-Misi untuk memimpin Sidoarjo, program-program pro rakyat harus tersampaikan. ” Itu bagian dari memberikan edukasi politik, dan itu penting untuk mendapat dukungan dari masyarakat secara rasional,” beber Baihaki.
Saat ditanyakan dari ketiga Bapaslon, mana yang lebih massif gerakannya. Baihaki menjelaskan, bahwa semuanya sudah mulai bergerak. “Hanya saja saya melihat BHS-Taufik ini lebih banter. Tapi banter saja tidak cukup, harus terukur juga, biar efek elektoralnya jelas dan ada,” tandasnya.
Artinya kata Baihaki, jangan sampai hanya bergerak dengan sporadis. Semua harus terstruktur dengan target yang jelas. Bila tidak, maka sulit untuk mencapai target kemenangan.
Semua calon, lanjut Baihaki harus membuka diri untuk menerima masukan dari banyak pihak. Termasuk masukan yang sifatnya kritik. Sebab itu akan menjadi evaluasi bagi gerakan yang sudah dilakukan para calon.
Baihaki juga menyampaikan, yang terpenting Balaslon harus bisa mengontrol tim inti, atau orang-orang disekelilingnya untuk tidak menutup datangnya masukan dari pihak manapun. ” Selektif menerima masukan itu boleh, tapi jangan sampai menjadi menutup diri. Termasuk Tim Inti, jangan sampai ABS (Asal Bapak Senang). Ini yang seringkali menjadi sandungan calon dalam memenangi pertarungan dalam Pilkada,” pungkas Baihaki. (red)