Palu, BeritaLima – Ketua Umum PB PMII Aminuddin Ma’ruf siang tadi mendatangi Gubernur Sulteng, untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf secara terbuka kepada masyarakat Palu, melalui Gubernur.
Setelah adanya permintaan maaf tersebut, maka Gubernur menghimbau kepada seluruh masyarakat Palu untuk memaafkan Amin dan mempertimbangkan segala rencana aksi yang akan dilakukan.
Dipihak lain, Ketua Ikatan Alumni PMII Sulawesi Tengah, mengeluarkan pernyataan sebagai bentuk tanggung jawab atas polemik yang terjadi. Berikut ulasannya :
” Konggres berkeadaban, Komunikasi Etik dan Sosok Anak Muda Pergerakan”
Tepat jam 8.00 pagi tgl 16 Mei 2017, Konggres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII) dimulakan. Agak lebih awal dimulai yg berbeda dengan undangan yang beredar jadwal pembukaan konggres yg dibuka Presiden Jokowi dimajukan lebih awal 1 jam oleh pihak protokol kepresidenan..
Saya adalah rombongan terakhir yang masuk kearena didalam ruangan Auditorium masjid Agung palu, beberapa saat sebelum Presiden Jokowi datang. Dan saya pun duduk dijejeran saff kursi urutan kelima dr depan disisi kanan panggung bersama para undangan lainnya dan peserta konggres pmii..saya mengikuti dgn hikmat mulai dari Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya sampai dengan Mars PMII, lirik lagu yang menyentuh rasa keislaman dan kebangsaan yang terpadu dalam makna Keindonesiaan menyeruak kedalam hati sanubari setiap kader pergerakan.
Ketika MC acara, mengundang Ketua Umum PB PMII untuk memberi sambutan dan pidato, saya tiba2 membayangkan seorang sahabat Aminuddin Maaruf, sosok anak muda jiwanya bergelora semangat kemahasiswaannya yang berpidato dihadapan Presiden, menteri kabinet kerja, para alumni, ulama, kyai, ustad dan ribuan peserta konggres PMII dari sabang sampai merauke. Meminjam istilah Gusdur ” mahasiswa adalah manusia perbatasan”, kadang eksistensi dirinya ingin mendapatkan pengakuan kedewasaan dengan cara dan metode menyampaikan orasinya didepan umum. Dan kadang pula pemikiran dan pandangannya dinyatakan hebat jika dapat menghentakan para undangan yang mendengarnya. Saat berpidato dengan semangat kepoloporan gerakan mahasiswanya dengan berapi2 dan penuh keberanian ternyata beberapa penggalan isi pidatonya dipandang kontroversial terutama di media sosial dan dunia maya. Salah satu isi pidato itu yakni ;
” pak Presiden sengaja kami laksanakan dan membuat Konggres PMII ini di tanah Tadulako dgn tema meneguhkan konsensus bernegara untuk Indonesia berkeadaban, ditanah ini ” katanya” adalah pusat dari gerakan radikalisme Islam, ditanah ini “katanya” adalah pusat dari gerakan penentang NKRI, PMII sengaja membuat konggres ditanah ini untuk membuktikan jika PMII hadir tidak ada sejengkal tanah NKRI ini dari mereka yang mau mengubah pancasila dan mengancam NKRI, kami tidak mundur selangkapun. Tapi sebelum kami maju, ada POLRI dan Pak Tito yang maju duluan, setelah itu ada kakak2 Ansor dan Banser. Kalau pak Tito sudah kewalahan, kalau kakak2 Ansor dan Banser sudah kewalahan baru PMII maju.” ( dituturkan dalam bahasa Humor dan Guyon”.).
Penggalan pidato ini akhirnya menjadi viral di media sosial. Dan meminta Ketum PB PMII meminta maaf. Memang perdebatannya tidak saja diluar PMII tapi juga mewarnai internal PMII.
Beberapa catatan saya untuk bisah memaknai isi sambutan dan pidato ini, yakni ;
1. Dari aspek orang yg memberi sambutan, bahwa sosok sahabat Amin, adalah anak muda yang masih memiliki semangat berorasi penuh keberanian sebagaimana kalau mahasiswa demo dan orasi dijalanan, apalagi sambutannya ini dihadapan Presiden, sejumlah Menteri kabinet kerja, para ulama dan aktivis pergerakan dari sabang sampai merauke. tapi secara geneologi pemikiran PMII dimana organisasi sahabat Amin dilahirkan tentu dalam berfikir dan bersikap selalu memiliki prinsip2 yang disebut sikap Tassamuh, Tawasuth, Tawazun dan I’tidal..dengan pondasi karakter Tradisional moderat dengan menggunakan kaidah fiqh Almuhafadhatu ‘alal qadimi as sholeh wal akhdu bi aljadid ilashlah ( Memelihara yang lama yang baikdan mengambil yang baru yang lebih baik) kekhasan ciri pemikiran ini lah yang menjadi doktrin bagi para santri dan anak muda NU di Indonesia.
2. Sahabat Amin ingin mempertegas terhadap pandangan, imets dan informasi orang diluar palu termasuk dirinya bahwa selama ini mereka mengasumsikan sulawesi Tengah wabilkusus Poso atau Palu adalah daerah yang masuk dalam tanda kutip “Zona Merah” bersarangnya terorisme dan tumbuhnya radikalisme agama serta dikenal beberapa tahun sebelumnya adanya gesekan horizontal antar masyarakat dibeberapa daerah di Sulteng. Mungkin juga sahabat Amin mengupadate beberapa data webesate lembaga seperti Kementrian Agama dan BNPT tentang keberadaan radikalisme di Indonesia termasuk di Sulawesi Tengah.
3. Saya menduga, “mungkin saja” sekali lagi “mungkin saja” ketum PB PMII mendapatkan informasi dari pihak-pihak tertentu ( Wallahu ‘alam Bisawwaf), terkait adanya potensi “reproduksi radikalisme” dan peta pergerakan Terorisme di Sulteng berdasarkan fakta2 sebelumnya atas kejadiannya dll. Sehigga saat pembukaan konggres beliau menyampaikan stigma itu. Sehingga beliau menegaskan bahwa tidak sejengkal tanah NKRI ini bagi mereka yang menentangnya dan mengancam keutuhan negara pancasila. Sebab dalam kata2 sebelumnya dan sesudahnya dalam pidato itu memiliki keterkaitan makna yang menjelaskan terkait posisi PMII dalam menjaga keutuhan NKRI dan idiologi pancasila dalam berbangsa dan bernegara.
5. Saya pun ingin menegaskan bahwa disulteng bukanlah pusat radikalisme Islam dan penentang NKRI. Masyarakat sulteng pada umumnya dan kota palu khususnya adalah masyarakat religius dan terbuka untuk menerima siapa saja yang datang dalam berdakwah terutama menebarkan Islam dengan misi yang rahmatan lil alamin ( dapat ditelusuri jejak2 masuknya Islam di Sulteng). Ditanah Palu ini tempat dimana Habib Sayyid Idrus Bin Salim Aljufrie yg dikenal dengan Guru Tua Pendiri Alkhairaat Perguruan Islam terbesar di Indonesia Timur berpusat di Kota Palu. Guru Tua dikenal menyebarkan Islam dengan damai, metode dakwah yang penuh hasana bil hikmah, arif dan toleran mengajarkan semangat kebangsaan dan perjuangan membela negara dan agama. Guru Tua pula memiliki sanad keilmuan yg sama dengan Hadratusyekh Almaghfura KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU perna serumah bersama. Mazhab yang diajarkan kedua ulama besar ini pun sama berhaluan Islam Ahlusunnah wal jamaah. Guru tua mengajarkan kepada murid muridnya begitu pula Kyai Hasyim mengajarkan kepada para Santri Santrinya. Nilai dan ajaran kedua ulama besar ini pun saat ini terus menjadi patokan dan pedoman nilai dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi murid dan santrinya.
5. Sahabat Ketum PB PMII, juga ingin menegaskan pesan bahwa Polri dan Pak Tito “tidak boleh kewalahan dalam menjaga NKRI dan negara pancasila dari ancaman idiologi yang ingin mengganti pancasila dangan idiologi bernegara dalam bentuk yang lain. Meski sahabat amin menyampaikan dengan penuh homor sebagai karakter santri bagi anak2 muda NU dalam berpidato dan berceramah. Tapi secara substansi Sahabat Amin ingin menitip pesan kpd Pak Tito untuk menjaga keutuhan NKRI dan Negara Pancasila.
Semoga kita tetap menjaga persatuan dan kebersamaan bagi anak bangsa demi terwujudnya persatuan nasional baldatun tayyibatun warabun gaffur..
Wallahu a’lam bissawaf
Wallahu muwwafiq ilaa Aqwamith tariq.
Wasalam
Sahran Raden
IKA PMII Sulteng
(Dikutip dari berbagai sumber/IRUL)