BANYUWANGI, beritalima.com – Sepertinya memang ada indikasi upaya membenturkan masyarakat dalam polemik program air bersih Rowo Rejo-Pulau Merah. Bagaimana tidak. Setelah masyarakat terbelah menjadi kelompok pro dan kontra program air bersih, kini Kades Sumberagung, Vivin Agustin dan Kadus Pancer, Fitriyati, kompak cuci tangan.
Seperti diketahui, program air bersih Rowo Rejo-Pulau Merah, yang seyogyanya sudah teralisasi, tiba-tiba mendapat penolakan. Masyarakat dari lingkungan Pancer mendadak menghadang pembuatan sumur bor dilingkungan Rowo Rejo. Dari informasi yang berkembang, massa tolak program air bersih yang dibiayai PT Bumi Suksesindo (PT BSI), tersebut dikomando oleh Kadus Pancer, Fitriyati.
Kepada awak media, Kadus Fitriyati menegaskan bahwa sebagai Kadus Pancer, apa yang dia lakukan sesuai perintah atasan. Yakni Kades Sumberagung.
Bahkan untuk menjawab pertanyaan wartawan pun, Fitri mengaku baru akan memberi jawaban setelah mendapat intruksi dari Kades Vivin.
“Kapasitas saya cuma kepala dusun, jadi semua sesuai perintah kepala desa, baru saya jawab pertanyaan sampean. Biar bu kades yang berkomentar di media,” katanya, Kamis (21/10/2021).
Sementara itu, Kades Sumberagung, Vivin Agustin mengakui bahwa dia memang meminta Fitri mendatangi lokasi pembuatan sumur bor saat terjadi aksi penolakan. Tujuannya agar Kadus Pancer bisa menertibkan massa.
“Waktu ada masyarakat menolak, kami kebetulan di balai desa juga ada mediasi. Akhirnya saya perintah kadus (Kadus Pancer, Fitriyati), tolong dimonitor, dikondusifkan wilayahnya. Jangan sampai ada gerakan yang gak jelas,” ucapnya.
Namun Vivin mengaku tidak tahu menahu dengan apa yang dilakukan Kadus Pancer ketika dilokasi.
“Akhirnya bu kadus kesana. Tapi, (Apa yang dilakukan Kadus Pancer, Fitriyati) seperti apa dilapangan, saya tidak tahu,” cetus Kades Sumberagung.
Untuk diketahui, demi memuluskan program air bersih Rowo Rejo-Pulau Merah, masyarakat setempat membentuk HIPAM ‘Suko Tirto’. Selanjutnya HIPAM berkomunisasi dengan PT BSI. Yang akhirnya PT BSI bersedia membiayai seluruh proses pembuatan sumur bor hingga saluran pipa kerumah masing-masing warga di Rowo Rejo dan Pulau Merah.
Ketika persiapan sudah matang dan siap dilaksanakan, tiba-tiba terjadi penolakan dari masyarakat Pulau Merah. Mirisnya, aksi penolakan yang datang dari luar wilayah Rowo Rejo dan Pulau Merah tersebut seolah dibiarkan meraja lela. Dan hak masyarakat Rowo Rejo dan Pulau Merah untuk bisa menikmati air bersih justru seakan diabaikan. (bi)