Potret Kemiskinan Yang Belum Hilang di-72 Tahun Indonesia Merdeka

  • Whatsapp

SITUBONDO, Beritalima.com – Pada momen peringatan Dirgahayu RI Ke-72, dimana banyak orang merayakan dengan karnaval dan perayaan lainnya sehingga menghabiskan anggaran yang cukup besar, Sejatinya masih banyak warga indonesia belum menikmati Kemerdekaan secara utuh karena harus berjuang melawan kemiskinan yang masih luput dari perhatian dan terabaikan oleh petinggi negeri.

Seperti yang dirasakan salah satu warga asal RT 15 RW 3 dusun samir, desa Bantal Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo Jawa Timur bernama Toyati (75), diusianya yang sudah renta, Toyati harus berjuang untuk menyambung hidup bersama anaknya Suyani (55) yang lumpuh hingga harus ngesot, sembari dirinyapun harus berjuang melawan penyakit Tumor yang dideritanya bertahun – tahun tanpa bisa berobat kedokter.

Dalam kondisi sakit yang sering kambuh karena gumpalan daging di perutnya, Nenek Toyati masih harus merawat anaknya anaknya Suyani yang mengalami kelumpuhan selama belasan tahun sejak berpisah dengan suaminya, ironisnya kondisi yang dialaminya nenek Toyati dan anaknya luput dari perhatian pemerintah desa setempat dan seakan – akan lepas tangan dengan kondisi warganya.

“Setiap minggu sekali perut saya sakit, katanya orang – orang saya kenak tumor, tapi saya belum periksa ke dokter atau puskesmas karena tidak punya biaya, jangankan untuk kedokter, untuk makan sehari – hari saja susah pak,”Tuturnya memelas.

Su’imam Kepala dusun setempat saat dikonfirmasi awak media perihal kehidupan Toyati dan anaknya Suyani, yang memprihatinkan mengaku hanya bisa ikut prihatin dan hanya bisa berharap bantuan terutama dari pemerintah desa Bantal,”kalau saya pribadi hanya bisa ikut prihatin saja karena saya juga, tidak punya kemampuan dalam membantu, semua dokumen terkait ibu Sulami dan anaknya sudah saya serahkan ke pihak desa dan sudah saya ajukan SPM dan RTLH,” terang kadus Su’ iman.

Salah satu pegiat Sosial di Kecamatan Asembagus Agus Sodu mengatakan, harusnya hal twrsebut tidak harus dialami oleh Toyati atau masyarakat Situbondo lainnya jika TKSK Dinas Sosial yang ada disetiapkan kecamatan serta kepala desa maupum perangkat desa bekerja sungguh – sungguh dan secara pro aktif mendatangi warganya yang hidup di bawah garis kemiskinan.

“Ironis memang, ketika perhatian pemangku kebijakan hanya tertuju pada kegiatan hari jadi atau HUT saja dengan menghabiskan dana yang tidak kecil tentunya, alangkah eloknya jika acara seremonial atau perayaan dilakukan sewajarnya dan dananya sebagian bisa di alihkan untuk warga miskin, agar masyarakat betul – betul bisa merasakan kemerdekaan ini,”Ujar Agus Sodu saat berbagi melalui dapur Sodunya. (Joe)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *