PPL dan POPT Dampingi Kelompok Tani Banyuwulu dalam Pelatihan Pembiakan Trichoderma

  • Whatsapp
Pelatihan pengendalian hama yang dilaksanakan oleh PPL dan POPT bersama Kelompok Tani Karya Usaha II Desa Banyuwulu. (Rois/beritalima.com)

BONDOWOSO, beritalima.com — Dalam rangka memperkuat upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman, Kelompok Tani Karya Usaha II Desa Banyuwulu, Kecamatan Wringin, bekerja sama dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), menyelenggarakan pelatihan teknis pembiakan Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma dengan media beras jagung.

Kegiatan dilaksanakan di kediaman Ketua Kelompok Tani Karya Usaha II RT 18 yang dipandu langsung oleh petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) jum’at (14/11/25).

Bacaan Lainnya

Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum diketahui menjadi salah satu ancaman terbesar bagi komoditas hortikultura, termasuk cabai, tomat, dan terong.

Dampak kerugian bahkan dapat menurunkan produktivitas lebih dari 50 persen. Oleh karena itu, pelatihan ini diadakan sebagai langkah preventif untuk meningkatkan kesiapsiagaan petani terhadap serangan penyakit tular tanah tersebut.

Dalam sambutannya, PPL Desa Banyuwulu Yudi Arif Priyono menegaskan bahwa pengendalian hayati merupakan salah satu strategi penting dalam mendorong pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“Melalui pembiakan Trichoderma secara mandiri, petani diharapkan dapat meminimalkan ketergantungan pada bahan kimia serta menekan biaya produksi,” tuturnya.

Selama pelatihan, koordinator POPT Srujianto memberikan penjelasan teknis mengenai proses pembiakan Trichoderma, mulai dari persiapan media, sterilisasi, pengukusan, hingga tahap inokulasi. Peserta juga dibekali pengetahuan mengenai ciri kultur yang optimal dan cara mendeteksi potensi kontaminasi.

“Metode ini sederhana, efisien, dan bisa dilakukan langsung oleh petani. Dengan kemandirian dalam memproduksi Trichoderma, pengendalian penyakit fusarium dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran,” ujar petugas POPT.

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Karya Usaha II, Taufik menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan ini. Ia berharap pelatihan dapat menjadi langkah awal penerapan pengendalian hayati secara konsisten di tingkat petani.

“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas anggota dalam menghadapi penyakit tanaman, khususnya fusarium yang kerap menimbulkan kerugian signifikan,” imbuhnya.

PPL dan POPT memastikan akan melanjutkan pendampingan hingga tahap aplikasi APH di lahan, termasuk integrasi dengan teknik budidaya lainnya seperti rotasi tanaman dan pengelolaan tanah.

Dengan terselenggaranya pelatihan ini, kelompok tani diharapkan semakin mampu membangun sistem pertanian yang sehat, mandiri, dan berkelanjutan dalam menghadapi ancaman penyakit layu fusarium. (*/Rois) 

beritalima.com

Pos terkait