KUPANG, beritalima.com – Sebanyak 25 peserta penyuluh pertanian lapangan (PPL) dari kabupaten/kota dan provinsi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengikuti Sekolah Lapang Iklim (SLI) – Sosialisasi Agroklimatologi di Kupang, 29 – 30 Oktober 2019.
Sebanyak 25 orang PPL yang mengikuti SLI – Sosialisasi Agroklimatologi tahap II, yaitu provinsi sebanyak empat orang, Kota Kupang empat orang, kabupaten Kupang tujuh orang, Timor Tengah Selatan dua orang, Timor Tengah Utara dua orang, Malaka dua orang, dan kabupaten Rote Ndao dua orang.
Kegiatan SLI ini berlangsung di Neo Aston Kupang, dan dibuka Kepala Pusdiklat BMKG Pusat, Drs. Maman Sudarisman, DEA.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang, Apolinaris S. Geru, M.Si mengatakan, BMKG mempunyai program – program yang mendukung ketahanan pangan. Dan, sejak tahun 2010 melaksanakan SLI.
Menurutnya, SLI salah satu kegiatan untuk mendukung ketahanan pangan baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional.
” Kita ketahui bersama dengan adanya peristiswa – peristiwa ekstrim itu sangat menurunkan hasil produksi pertanian. Kemudian informasi yang diberikan atau yang tertuang dalam produk – produk BMKG itu terkadang bahasanya masih teknis sekali, sehingga belum banyak bisa dipahami secara baik, baik itu para praktisi, penyuluh maupun petani. Dengan adanya SLI ini, maka sebagai jembatan transformasi ilmu,” kata Apolinaris.
Sementara itu, Kepala UPT Proteksi Tanaman Pangan Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Gabriel Gara Beni mengatakan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT sangat mendukung kegiatan SLI tersebut.
“ Karena ini satu informasi penting bagi PPL dan petani untuk bagaimana bisa memprediksi kapan mereka harus menanam, dan tanaman apa yang cocok untuk lahannya,” kata Gabriel.
Dikatakan Gabriel, sesuai laporan dari petugas lapangan Dinas Dertanian dan Ketahanan Pangan NTT bahwa tingkat kekeringan untuk padi sawah 1000 lebih hektar, dan yang tertinggi adalah kabupaten Kupang.
” Jadi informasi SLI ini menjadi penting bagi kita sekalian untuk bisa menyampaikan kepada teman – teman petani agar bisa menyiapkan atau memprediksi cuaca ke depan sehingga infornmasi itu bisa didapatkan,” ujarnya.
“ Di era digital sekarang ini, kami berharap apakah bisa ditambahkan sistim digital sehingga informasi – informasi cuaca seperti ini petani kita dengan mobile phone sudah bisa lihat tentang informasi cuaca,” tambah dia.
Kepala Pusdiklat BMKG, Maman Sudarisman mengatakan, sejak tahun 2011 Pemerintah memandang perlu menyikapi tantangan iklim ekstrim terkait dengan ketahanan pangan nasional, sehingga diterbitkanlah Instruksi Presiden No 5/2011 tentang Pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim yang melibatkan 36 Kementerian/Lembaga di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
“Jadi dengan kejadian – kajadian iklim ektrim tesebut, sehingga Presiden waktu itu sampai menerbitkan Instruksi Presiden terkait dengan pengamanan terhadap produksi pangan akibat iklim. Memang saat ini sering kita mendengar iklim ekstrim, pemanasan global perubahan iklim dan lain sebagainya, maka dengan pelaksanaan SLI – Sosialisasi Agroklimat ini diharapkan para peserta dapat lebih paham terkait hal – hal tersebut, bisa menyampaikan ke teman – teman lainnya yang belum kebagian ikut Sosialisasi Agroklimat,” katanya.
Ia menambahkan, hingga tahun 2018, secara nasional SLI telah menjangkau lebih dari 9000 peserta penyuluh pertanian, pemerintah daerah, babinsa dan petani di 33 provinsi.
SLI dilaksanakan tiga tahap, yaitu tahap pertama, target peserta berasal dari Pemda, Babinsa dan dinas Pertanian. Kemudian tahap dua, tergat peserta adalah para penyuluh pertanian lapangan (PPL), yang mana PPL inilah yang menjadi jembatan informasi BMKG untuk menterjemahkan informasi iklim kepada petani dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh petani.
Dan tahap tiga, selanjutnya para PPL yang sudah terdidik dalam SLI tahap dua akan mengikuti tahapan selanjutnya yaitu SLI tahap tiga bersama – sama dengan para petani dan kelompok tani turun ke lapang untuk mempraktekkan langsung informasi cuaca/iklim di lapangan.
Usai acara pembukaan SLI-Sosialisasi Agroklimatologi dilanjutkan dengan Sosialisasi Agroklimat. Dimana materi tentang Pengingkatan Literasi Iklim Melalui Sekolah Lapangan Iklim disampaikan Kepala Pusdiklat BMKG Pusat, Maman Sudarisman. (L. Ng. Mbuhang)