BANYUWANGI Beritalima.com – Bergeliatnya industri kopi di Banyuwangi mengundang ketertarikan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur untuk menggelar pelatihan bagi praktisi kopi Banyuwangi.
Pelatihan bertajuk Peningkatan Keterampilan Pengolahan Kopi Bubuk tersebut digelar di Aula Hotel Santika Banyuwangi selama 3 hari, yakni mulai Rabu – Jumat (19 – 21/3).
Saat membuka kegiatan tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi, Ketut Kencana Nirha mengatakan, pelatihan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas cita rasa kopi Banyuwangi.
“Kopi Banyuwangi ini mulai dikenal dan disukai masyarakat baik nasional maupun dunia. Agar para praktisi kopi kita piawai dalam menyajikan kopinya sehingga menghasilkan cita rasa yang sempurna, maka mereka khusus kami latih disini. Dengan keterampilan tersebut, maka akan berdampak baik bagi peningkatan kesejahteraan mereka,” terang Ken, sapaan akrabnya.
Banyuwangi dipilih oleh Disperindag Provinsi Jatim, kata Ken, karena kopi Banyuwangi mulai dikenal. Pemkab juga memberi ruang bagi masyarakat Banyuwangi untuk menunjukkan kekayaan budayanya yang berupa kebiasaan ngopi bareng.
Sebuah festival bernama Festival Ngopi Sepuluh Ewu, lanjut Ken, dibuat untuk mewadahi hal itu. Selain itu, pemkab juga berupaya terus mengembangkan brand image Banyuwangi sebagai kota kopi. Salah satunya lewat Festival Kebaya yang akan digelar 21-22 April mendatang. Festival kebaya tersebut bertemakan pecah kopi.
Kegiatan ini diikuti sebanyak 50 barista, petani kopi dan penggiat kopi Banyuwangi. Mereka berasal dari 25 kecamatan yang ada di Banyuwangi. Mayoritas dari daerah yang potensi kopinya besar. Antara lain Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Songgon, Glenmore dan Kalibaru. Banyuwangi sendiri memiliki luasan lahan kopi sebesar 8500 hektar. Luasan lahan tersebut terus stabil sejak 5 tahun terakhir.
Tak hanya mendapatkan materi tentang potensi, perkembangan dan permasalahan pada industri pengolahan kopi di Banyuwangi, mereka juga akan dikenalkan dengan sejarah dan jenis kopi asli Indonesia lengkap dengan pemanfaatannya, serta berbagai hal tentang kopi. Besok mereka akan terjun langsung untuk praktek seputar teknik pengolahan kopi bubuk, praktek pengolahan kopi seperti coffee roasting, blending dan grinding, serta praktek manual coffee brewing. Mereka juga akan diajarkan tentang strategi pengembangan bisnis kopi itu sendiri.
Sejumlah nara sumber di bidang perkopian akan berbagi ilmu selama pelaksanaan pelatihan tersebut. Para nara sumber itu berasal dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya, Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.
Salah seorang peserta, Imam Mukhlis mengaku senang bisa mengikuti pelatihan tersebut. Imam yang tinggal di Desa Tlemung, Kecamatan Kalipuro merupakan pemilik Kimmy Omah Kopi. Kopi yang menjadi andalannya adalah kopi luwak.
Keluarga Imam sendiri memiliki hampir 2 hektar kebun kopi yang dikelola secara turun-temurun. Hampir 90 persen adalah tanaman kopi jenis Robusta dan sisanya adalah Arabica serta Eselsa atau dikenal dengan nama lokal Buria atau Kopi Nangka.
Awalnya kopi yang dihasilkan oleh keluarganya disetor kepada pengepul hingga akhirnya sejak tahun 2012 Imam berinisiatif mengelola sendiri kopinya dan menjual secara online. (*/abi)