Dalam rangka menjaga dan melestarikan budaya Indonesia, tentu menjadi tanggung jawab para generasi muda. Seperti halnya yang dilakukan oleh para Pramuka Penggalang se-Jawa timur ini.
Kegiatan yang bertema “Peran Penggalang Dalam Pelestarian Budaya Indonesia” ini digelar selama 2 hari di Markas Divisi Infanteri 2 Kostrad, (15-16/10/16).
Kegiatan kepramukaan yang diikuti siswa-siswi SMP se-Jawa Timur ini dibuka oleh Pabandya Wanwil Kodam V/Brawijaya, Letkol Inf Nanang Trianggodo. Dalam sambutannya Nanang mengatakan bahwa pelestarian budaya Indonesia merupakan tanggung jawab generasi muda penerus bangsa, namun tetap perlu dukungan dari berbagai pihak, karena budaya adalah merupakan salah satu identitas dan cermin suatu negara.
Selain itu berbagai materi perlombaan juga turut mengisi rangkaian kegiatan Pramuka Galang Budaya ini, diantaranya Your Creativity and Clean Camp (YCCC), administrasi regu, cerdas cermat, kesenian lagu dan tari, geguritan, desain batik, kaligrafi, mading, mengukir serta kolase.
500 orang siswa-siswi yang mengikuti jalannya kegiatan yang digelar oleh pihak Racana Universitas Negeri Malang ini, selalu menunjukkan rasa semangat dan gembira selama mengikuti lomba. Bahkan mereka tidak peduli dengan cuaca siang yang panas. “Bagaimana caranya memenangkan lomba,” mungkin itu yang ada dibenak mereka.
Program Tahunan Kepramukaan ini, adalah program kegiatan pendidikan di luar lingkungan sekolah yang dikemas dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis dan dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasarannya untuk membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti yang luhur.
Sementara itu Ketua Panitia, Deni Harianto menjelaskan diselenggarakannya kegiatan Pramuka Galang Budaya di Markas Divisi Infanteri 2 Kostrad ini, sebagai salah satu upaya dalam mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Sehingga generasi muda dapat mengenal dan membentuk rasa memiliki terhadap kesenian dan kebudayaan bangsa, karena jika mereka tidak mengenal dan tidak punya rasa memiliki, tentu mereka tidak akan mencintai dan menjaga kesenian dan kebudayaan tersebut,” jelas Deni.