beritalima.com | “ Pengurus DPP Prawita GENPPARI mendukung berbagai upaya dan terobosan kreatif yang dilakukan oleh berbagai organ organisasi di daerah dalam mendukung berkembangnya wisata produktif. Salah satu bentuk konkrit ini diantaranya adalah budidaya pohon Balsa yang dimunculkan oleh teman – teman dari DPD Prawita GENPPARI Kabupaten Tasikmalaya. Di samping karena alasan iklim dan tanah yang cocok untuk budidaya pohon tersebut, pangsa pasarnya pun masih terbuka luas, meskipun masa tanam sampai panen cukup lama, tetapi secara paralel bisa diisi dengan tanaman tumpang sari “, ujar Ketua Umum Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi yang ditemui di Bandung, Jum’at (25/9).
Hal itu ia sampaikan menanggapi inisiasi pengurus organisasi yang terus bergerak dengan penuh kreativitas. Menggerakan sektor ekonomi masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai bentuk dan bidangnya, yang tentu semua akan bermuara pada upaya – upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inilah yang mendasari pengembangan konsep wisata yang tadinya terkesan hanya menghambur – hamburkan uang, sekarang paradigmanya dirubah menjadi konsep wisata PEREKAT dimana salah satunya adalah wisata Produktif tadi. Ujar Dede.
Dirinya juga sangat menghargai setiap ide dan gagasan kreatif yang datang dari bawah. Jadi tidak harus selalu menunggu dari atas. Ide – ide dan gagasan brilian itu bisa datang dari mana saja, dan tentu satu sama lain bisa saling menghargai sebagai sebuah prestasi. Apalagi Prawita GENPPARI sebagai organisasi mandiri yang datang dari bawah, artinya bergerak penuh inisiatif dalam membaca berbagai peluang di berbagai daerah yang tentu memiliki potensi yang berbeda satu sama lain.
Kemudian Dede juga memberi penjelasan bahwa orang yang menekuni hobi aeromodelling atau olahraga gliding dan surfing pasti familiar dengan jenis kayu balsa ini, karena memiliki ketahanan dan sifat yang ringan. Termasuk jika dibandingkan dengan fiberglass, kayu dari pohon balsa memiliki berat jenis yang lebih rendah. Jika berat jenis fiberglass adalah 0,24 maka berat jenis kayu balsa hanya 0,16. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Selatan dengan nama ilmiah Ochroma pyramidale. Sementara ini penghasil kayu balsa di dunia berasal dari Ekuador, Papua Nugini dan Indonesia.
Jenis pohon balsa merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan cepat. Dia bisa memiliki diameter 30 cm atau sekitar berumur 4 tahun sudah dapat dipanen dan dijual kayunya. Sistem perkebunan kemitraan banyak diterapkan untuk budidaya pohon ini, contohnya di petani-petani di Jawa Timur yang bekerjasama dengan perusahaan kayu. Pohon balsa mungkin belum dikenal secara luas, baik dari segi tanaman, teknologi dan pengaplikasiannya. Bahkan, dalam peraturan perundang-undangan balsa masih disamakan dengan Eucalyptus, meskipun cenderung memiliki kesamaan dengan kayu sengon.
Selain itu, pajak ekspor kayu balsa juga masuk sebagai produk kayu yang berasal dari hutan alam dan bukan termasuk produk plantation seperti sengon. Di pasar, kayu balsa dibagi atas tiga jenis berdasarkan kepadatannya, yaitu Light < 120 kg/m3, Medium 120-180 kg/m3, dan Heavy >180 kg/m3. Balsa light biasanya digunakan untuk hobby dan aeromodelling, medium untuk kebutuhan komposit industri, sementara heavy sebagai subtitusi kayu keras dengan harga yang lebih murah dan penggunaan lebih luas. Kayu balsa untuk industri komposit sudah sangat berkembang di luar negeri. Balsa core mampu bersaing dengan material core lain, yaitu foam dan honeycomb. Sifatnya yang alami dan ramah lingkungan menjadi daya tarik yang tidak bisa ditandingi oleh material core lainnya. Selain itu juga lebih ekonomis. Sayang teknologi balsa core dalam sandwich composite belum banyak dikenal dan digunakan di Indonesia.
“ Jadi jika dilihat dari sisi utilisasi karakteristik yang dimiliki oleh kayu Balsa ini, kemungkinan ke depan kebutuhannya akan semakin meningkat. Dengan demikian, masalah pangsa pasar yang biasanya dikhawatirkan oleh petani sudah tidak perlu ditakutkan lagi. Semoga semua lahan non produktif yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya demi kemakmuran bersama “, pungkas Dede.