Presiden ke-8, Mau Ketemu Presiden ke-5 “Melangkahi” Presiden ke-7

  • Whatsapp

Jakarta, beritalima.com – Dalam kegentingan, politik selalu dimaknai sebagai seni mengolah kemungkinan. Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Lawan saja bisa jadi kawan, sudah ditulis di batu tulis pun bisa hilang, dikhianati saja masih harus baik hati.

Sehingga menanggapi kabar rencana pertemuan Presiden ke-8 Prabowo Subianto dengan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 yang santer dibicarakan publik, itu hal kecil. Pertemuan kecil, untuk Indonesia yang besar (besar kalkulasi politiknya).

Dua elit berpengaruh ini hingga saat ini sejatinya tidak ada persoalan, meski tidak bisa dibilang “baik-baik saja” apalagi dikaitkan eksistensi orang ketiga, yaitu Jokowi.

Angka 5, 6, 7, 8, menunjukkan angka yang tidak biasa. Berbeda dengan urutan presiden 1,2,3,4. Angka yang dimiliki presiden 5 dan 8 bila dijumlahkan 13. Angka presiden ke-6 dan ke-7, bila dijumlah juga 13. Jadi wajar jika Jokowi, (minus SBY) yang Mega juga tidak suka, berada di antara kepentingan Megawati dan Prabowo. Secara perkawanan Jokowi tak mungkin dilangkahi. Secara politik Jokowi tidak untuk “dieliminasi”.

Hubungan Prabowo-Mega tak bisa dibaca sebagai hubungan Gerindra dengan PDIP. Terlihat dan tak terlihat. Ini soal nasionalisme, beda ego. Satu Pancasila 18 Agustus 1945 sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, sedang yang satu Pancasila 1 Juni. Dari titik ini, diskursus tentang siapa yang sesungguhnya terkait frasa “makar” kepada negara bisa diurai.

Megawati, (SBY), Jokowi, Prabowo, memang begitu urutannya. Kohesi politiknya masing-masing masih kuat, ini bukan sekedar soal siapa menyandera siapa. Menafikan daya tarik elektoral Jokowi berarti tak memahami realitas politik yang sedang dan akan terjadi. Sebab kata kuncinya, Gibran bin Jokowi.

Presiden ke-7 bertemu dengan Presiden ke-8 di kediamannya Kertanegara, Jakarta, Jumat, (6/12/2024). Pertemuan keduanya berjudul “hanya makan”.

Presiden ke-8 “akan” bertemu dengan Presiden ke-5 dimana, kapan, dan judulnya apa? Rakyat sepertinya sudah bosan dengan menu “makan” tiap hari: makan teman, makan hati, makan gaji buta, makan waktu, atau makan angin.

Apalagi presiden 5,(6),7,8, semua sudah makan asam garam. Pilihan politiknya hanya: “Eat like horse” or “Eat your fill!”

Sementara rakyat hari ini berharap benar-benar punya presiden yang heroik.

Oleh: Agung Marsudi, Cikini Raya, 17 Januari 2025

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait