SURABAYA, Beritalima.com | Tepat pada Senin (3/5), KH. Irfan Yusuf Hasyim (Gus Irfan) melangsungkan buka puasa bersama santri alumni Tebu Ireng di Hotel Pesonna Surabaya. Dalam kesempatan tersebut, cucu pendiri NU yang merupakan putra dari KH Yusuf Hasyim, menyampaikan beberapa hal terkait pentingnya suistanability pesantren.
Di hadapan para Alumni Pesantren Tebu Ireng, Wakil Ketua Umum Gerindra tersebut mendorong para alumni Tebu Ireng untuk mengambil peran dalam politik praktis dan pengembangan diri sebagai bagian dari basis pesantren.
“Semuanya harus mampu mengambil peran dan peluang agar posisi pesantren semakin kuat”.
KH. Irfan juga menyampaikan keprihatinan atas masalah yang dialami oleh salah seorang santri Mbah Moen, Achmad Agus Imam Sobirin, yang gagal dilantik menjadi perangkat desa karena ijazah pesantren di Blora.
“Kasus seperti ini bukan pertama kalinya. Sebelumnya, seorang kader potensial yang merupakan santri di Lumajang, gagal menjadi calon legislatif karena ijazah pesantren. Padahal beliau merupakan keturunan Raja Lumajang dan memiliki track record sangat bagus”.
“Hal ini disayangkan mengingat saat kita bicara character building, bicara moral yang bagus, maka seharusnya pesantren yang menjadi rujukan. Karena pendidikan dalam pesantren sangat mengedepankan moral yang bagus bagi para santrinya. Jadi jangan sampai kelak para calon pemimpin bangsa ini, tidak memiliki moral seorang pemimpin”, pungkasnya.
Acara diskusi yang berlangsung terbatas tersebut, cukup komunikatif dengan moderator Gus Yusuf Hidayat. Beberapa pemerhati pendidikan pesantren hadir dalam forum tersebut, diantaranya Gus Wachid, Gus Ahmad Abdul Aziz (ajudan Gus Irfan Yusuf), Ning Lia Istifhama, advokat Sholeh, Gus Mahbub, Gus Anshori Sahe, Gus Darwis Sulaiman, dan sebagainya. Para peserta dalam forum tersebut, mayoritas merupakan alumni Tebu Ireng perwakilan dari Kota Kabupaten se Jatim. (red)