SURABAYA, Beritalima.com|
Produksi padi di Jawa Timur (Jatim) selama tahun 2023 melampaui tahun 2022. Target tahun 2024 ini pun dinaikkan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Dydik Rudy Prasetya mengatakan, produksi padi di Jatim pada 2023 menurut angka sementara Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 9,59 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
“Angka ini mengalami peningkatan sebanyak 64,91 ribu ton GKG atau 0,68 persen dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 9,53 juta ton GKG,” ujarnya, Selasa (23/1/2024).
Melihat angka tersebut, Rudy optimistis produksi padi pada tahun 2024 ini mengalami peningkatan. Hal itu merujuk pada luas tanam padi yang pada tahun 2023 sebesar 1.745.970 hektare, ditarget menjadi 1.962.248 hektare pada 2024.
“Kalau tahun 2023 produksi padi GKG sebanyak 9,53 juta ton, maka tahun 2024 ini ditarget sebanyak 11,6 juta ton (11.688.450),” terangnya.
Selain padi, Rudy menambahkan terkait produksi jagung Jatim pada 2023 menurut angka sementara BPS sebesar 4,429 juta ton pipilan kering dengan kadar air 14 persen.
“Angka ini turun 523,14 ribu ton pipilan kering dengan kadar air 14 persen atau 10,56 persen dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 4,95 juta ton pipilan kering dengan kadar air 14 persen,” bebernya.
Kendati turun, produksi jagung tetap ditarget naik pada tahun 2024. Luas tanamnya yang semula 1.201.289 hektare pada 2023, ditargetkan naik 1.257.005 hektare pada tahun 2024.
“Produksinya juga dinaikkan menjadi 5,3 juta ton pipilan kering (5.330.239) dengan kadar air 14 persen,” sambungnya.
Nah, untuk mencapai target ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim sudah mengajukan penambahan jatah pupuk subsidi bagi petani ke Kementerian Pertanian. Diketahui, jatah pupuk subsidi tahun ini dikurangi hampir separuh.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, pengurangan alokasi pupuk subsidi ini terjadi sejak 2019. Pada tahun tersebut, Jatim mendapatkan jatah 2.786.284 ton pupuk subsidi. Terdiri dari Urea, SP-36, ZA, NPK dan Organik.
Dari alokasi 2019 ke tahun 2020 menjadi 2.349.959 ton, tahun 2021 menjadi 2.336.604 ton, tahun 2022 turun 1.969.642 ton, tahun 2023 kembali turun menjadi 1.626.055 ton dan tahun 2024 ini hanya 963.847 ton.
“Urea tahun lalu dari 1,2 juta ton jadi 574 ribu ton. NPK juga begitu, dari 621 ribu ton menjadi 389 ribu ton tahun ini,” ungkapnya.
Terkait penyebab turunnya jatah alokasi pupuk subsidi dari tahun ke tahun ini, Rudy tidak tahu persis. Karena yang menentukan adalah Kementerian Pertanian yang memakai dasar anggaran dari Kementerian Keuangan.
Rudy menyampaikan, begitu SK tentang alokasi pupuk subsidi ini terbit, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berkirim surat kepada Kementerian Pertanian. Intinya, meminta jatah pupuk subsidi ditambah.
“Begitu kita terima SK. Hari itu juga ibu (Khofifah) minta alokasi tambahan untuk subsidi. Katanya sekarang sedang dibahas. Moga-moga ditambah. Kasihan petani kita,” tutupnya.(Yul)